senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Minggu, 17 Juli 2022

Aksi Nyata Modul 3 Program Pendidikan Guru Penggerak

Tidak terasa 9 bulan perjalanan Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 04 hampir menemui ujungnya, sudah sampai modul 3.3 saja, padahal rasanya baru kemarin dipertemukan dengan rekan-rekan, pendamping, fasilitator dan modul serta materi-materi yang luar biasa membuka wawasan dan benar-benar mampu menggerakkan. Satu hal yang sangat saya syukuri ada dalam Program ini adalah atmosfer belajar dan keinginan untuk membuat perubahan, energi untuk bergerak dan berdampak bagi murid. 

Jika mau dirunut dari modul 1.1 sampai 3.3 ini ada banyak sekali kisah yang bisa saya ceritakan tentang bagaimana materi di sini berhasil menggerakkan saya. Tanpa sadar, sembari mengikuti program ini, sudah beberapa webminar saya ikuti, beberapa praktik baik sudah saya adopsi, menjadi pemateri dalam komunitas Sekolah ternyata bisa saya lakukan, beberapa langkah kecil dan besar sudah saya mulai, dari diri untuk murid saya. 

Jika ditanya apa aksi nyata untuk modul 3 ini, maka Alhamdulillah sedikit-demi sedikit sudah diamalkan. Dimulai dari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan, Alhamdulillah pelan-pelan saya mengambil keputusan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, meskipun masih belum sempurna tapi saya merasa perlu untuk mengambil keputusan ini, berangkat dari keluhan murid setiap kali diminta mengumpulkan laporan praktikum, anak-anak mengerjakannya sering kali tidak serius dan asal-asalan, akhirnya saya memutuskan untuk menerapkan diferensiasi produk pada mereka, dari mereka ada yang mengumpulkan dalam bentuk video, info grafis, dan lembar kerja.

produk

produk


Selanjutnya, saya belajar untuk melakukan assasment diagnostic pada anak, dengan bertanya tentang hobinya, bertanya tentang apakah lebih senang belajar di kelas atau di luar kelas, sendiri atau berkelompok, dan saya pun pelan-pelan menyesuaikan diri di kelas mereka, membuat jadwal belajar di luar kelas, dan sesekali tidak harus melakukan praktikum secara berkelompok.

Kemudian untuk modul 3.2 tentang bagaimana mengelola aset Sekolah, saya jadi mendapatkan ide untuk pembelajaran saya, selama ini ternyata saya terlalu terkungkung pada batasan tembok dan pintu ruang kelas, padahal ada banyak aset sekolah yang bisa saya manfaatkan untuk pembelajaran saya. Saya memulainya segera sepekan setelah mendapat materi ini, saya memanfaatkan aset lingkungan untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna di kelas saya. Anak - anak saya ajak berjalan ke belakang Sekolah, menyapa warga dan menemukan banyak hal baru di luar asrama mereka. Alhamdulillah

pemanfaatan aset lingkungan dalam pembelajaran

Dan untuk modul 3.3, ini yang paling menarik. Sejak awal semester, tepat setelah saya belajar modul 1 tentang filosofi pendidikan KHD, rasanya otak saya muter, berfikir, perubahan apa yang bisa saya lakukan di Sekolah saya, agar pembelajaran lebih kontekstual, tidak melulu materi, tidak membosankan, menghadirkan proyek-proyek yang anak menjadi lebih aktif, dan tentu membahagiakan buat mereka, saya memberanikan diri mengusulkan untuk memangkas jam belajar anak-anak, belajar formal cukup sampai dzuhur, setelahnya kita gunakan untuk proyek-proyek yang lebih kontekstual dan menyentuh lingkungan secara real. Alhamdulillah usulan saya disambut positif oleh rekan-rekan, wakasek kurikulum dan kepala sekolah. Kami membuat program yang kami beri judul Science and Leadership, berangkat dari goals Sekolah kami yaitu Tahfidz, Science, Leadership, dan Wawasan kebangsaan. Saat itu kami kemudian rapat bersama guru-guru untuk mengusulkan proyek sains dan leadership apa yang akan kami hadirkan. 


Semua guru menuangkan ide-idenya dalam sebuah sticky notes yang ditempel di kaca jendela ruang guru, kemudian dari semua ide itu kami pilih lagi yang paling besar manfaatnya dan paling kecil biaya/resikonya sehingga terpilihlah beberapa ide proyek yang akan digulirkan untuk anak-anak. Kalau tidak salah pada saat pendampingan ke 2 saya bercerita kepada pendamping saya tentang proyek ini, dan beliau sangat mendukung dan memberikan motivasinya untuk saya. Akhirnya program ini berjalan dan berikut dokumentasinya :


Proyek Pengelolaan Sampah Sekolah, setelah diminta mengamati bagaimana Sekolah kami mengelola sampah, anak-anak diminta untuk mencari tau dari internet bagaimana pengelolaan sampah yang baik sebenarnya, kemudian diminta menganalisis bagaimana kenyataan di Sekolah dan upaya apa yang harus dilakukan, serta menuangkan ide mereka dalam bentuk gambar.

Lalu pada pekan berikutnya kami ajak mereka mengunjungi bank sampah, untuk tahu lebih banyak bagaimana pengelolaan sampah yang baik. Berikut link Youtube nya Kunjungan ke Bank Sampah

Praktik Membuat Sabun dari minyak. Rencana selanjutnya akan berupaya mengelola sampah jelantah dari dapur Asrama untuk dimanfaatkan menjadi sabun cuci.

Praktik simulasi terjadinya hujan, ditinjau dari Al Qur'an dan sains, kemudian berkolaborasi dengan mapel bahasa inggris untuk belajar mempresentasikannya dalam bahasa inggris..

Praktik membuat instalasi listrik sederhana, membuat colokan listrik, anak belajar pegang obeng, mengupas kabel dll, kemudian belajar instalasi seri dan paralel.

Untuk leadershipnya, mereka menggagas kegiatan amal untuk warga sekitar Sekolah dengan mengadakan cek kesehatan dan pengobatan gratis serta pembagian minyak goreng, anak-anak berhasil menggalang dana dari pihak luar melalui proposal sponsorship pada even ini alhamdulillah dari Lembaga Zakat Sukses, untuk dokter dan tenaga medis memanfaatkan kenalan dari rekan guru, untuk pengadaan obat memanfaatkan donatur dari kenalan ketua yayasan, dari pemilik apotek di pasar Sindangkasih, alhamdulillah.

Selanjutnya anak-anak juga diajak berkunjung dan bersilaturahim dengan perangkat desa, berikut link youtubenya Kunjungan ke Desa Sindangkasih


Demikian, program ini telah berjalan kuranglebih 3 bulan kemudian vakum karena Ramdhan dan ujian-ujian. Adapun untuk proyek pengelolaan sampah Sekolah, hari ini sedang dalam tahap pembuatan kompos dari limbah dapur Asrama (Sekolah kami berbasis Pesantren) 
Membuat kompos dengan komposbag, sedang menunggu matang dan masih proses terus mengisi dengan sampah dapur dan sampah organik Sekolah.

Alhamdulillah, dengan izin Allah dan dukungan dari semua rekan guru, kami berkolaborasi antar mata pelajaran untuk menghadirkan pembelajaran yang langsung real dan kontekstual serta mengajak mereka untuk peka terhadap lingkungan sekitar yang dimulai dari lingkungan sekolah. Setelah mendapat materi pada modul 3.3 ini rasanya otak saya semacam mendapat banyak ilham dan ide untuk meneruskan dan mengevaluasi progam yang baru berjalan 3 bulan ini, di antara evaluasi nya adalah : 3 bulan kemarin saya sebagai penggagas program masih kurang melibatkan siswa dalam menentukan proyek atau praktik sains dan leadership apa yang ingin mereka pelajari dan lakukan, saya baru berhasil menggerakkan guru-guru dan itupun masih pasang surut, lebih banyaknya masih saya yang menghandle. Kemudian saya luput melibatkan orangtua wali juga, padahal ada banyak sekali potensi yang bisa saya gali dari mereka, salah satunya selain menjadi donatur adalah menjadi sumber belajar. Tapi dari semua kekurangan itu, saya bahagia telah ada di titik ini dan berhasil menyeret diri saya untuk terus mau belajar dan menggerakkan sekitar, dan berdampak pada senyum, dan pengalaman berharga bagi murid-murid saya, dari semua aktivitas di atas, saya yakin, anak-anak mendapatkan banyak sekali pelajaran, in syaa Allah, semoga kelak bisa bermanfaat untuk hidup mereka, aamiin. 

Adapun untuk rencana ke depan, saya akan terus berupaya menghadirkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas saya, apalagi dengan mulai diterapkannya kurikulum merdeka di Sekolah, semoga saya bisa berkolaborasi dengan guru Matematika untuk saling membantu dalam meningkatkan kemampuan numerasi anak-anak, sehingga pembelajaran fisika di kelas saya bisa berjalan lebih baik dan lancar, kemudian untuk pemanfaatan aset Sekolah, tentu saja setelah ini in syaa Allah saya akan mulai mendata wali murid mana yang bisa saya manfaatkan sebagai sumber belajar anak-anak pada Science and Leadership Class yang akan kembali berjalan semester awal ini, dan saya akan melibatkan mereka juga untuk menentukan silabus/materi apa yang perlu tersampaikan pada putra mereka, saya juga harus melibatkan anak-anak untuk menentukan materi, serta melakukan pemilihan ketua program dan pengurusnya agar mereka saja yang kedepannya mengurus program ini, dan saya serta guru-guru hanya sebagai fasilitator, sumber belajar, atau pengawas program. 

Selamat bertemu tahun ajar baru, selamat menghadirkan program-program yang berdampak pada murid^^. Salam Perjuangan, dari saya Khairunnisa, Pendidik di Ibnu Siena Mulia Boarding School Ciamis, Calon Guru Penggerak Angkatan 04. 


Kamis, 21 April 2022

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

    Ada 3 semboyan yang terkenal dari Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, semboyan yang sejatinya merupakan Filosofi Patrap Triloka dari beliau yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Filosofi ini menjadi ruh yang menggerakkan para guru untuk berlaku sesuai dengan makna dari semboyan ini. Filosofi ini juga menjadi pegangan kita dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, bahwa setiap keputusan yang kita ambil haruslah sejalan dan sebangun dengan ruh filosofi ini. Misalnya ketika mengambil sebuah keputusan dalam situasi bujukan moral, dimana pilihannya adalah benar vs salah, maka sebagai seorang guru, berdasarkan ruh filosofi Patrap Triloka ini tentu akan mengambil keputusan yang benar sebagai implementasi dari ruh "Ing ngarso sung tuladha".


    Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, yang terbentuk dari didikan orangtua, pengaruh lingkungan dan budaya, serta dari pengalaman dan pelajaran yang kita alami juga ternyata memberikan pengaruh pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang kita ambil, sebagai contoh analisis dari prinsip pengambilan keputusan yang saya anut adalah lebih dominan pada rule based thingking atau berfikir berdasarkan peraturan, saya merasa prinsip ini bisa dominan karena latar belakang pendidikan dan lingkungan tempat saya tumbuh, latar belakang pendidikan saya adalah Fisika/Sains dimana segala hal dianggap pasti dan menggiring otak kiri saya untuk bekerja lebih dominan, sehingga segala sesuatu harus sesuai dengan hukum/aturan, selain itu lingkungan tempat saya tumbuh pun adalah lingkungan yang cukup agamis dan mendidik saya untuk taat pada aturan agama. Dari sini, terlihat bahwa, nilai-nilai yang tertanam dalam diri pasti akan mempengaruhi kita dalam pengambilan keputusan.

    Dalam proses pengambilan keputusan ada 9 langkah yang bisa kita lakukan, yaitu : 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan 2) Menentukan siapa yang terlibat 3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan 4) Pengujian benar/salah 5) Pengujian paradigma benar lawan benar 6) Melakukan prinsip resolusi 7) Investigasi opsi trilema 8) Membuat Keputusan 9) Melihat kembali keputusan yang diambil dan merefleksikannya. Dari 9 langkah tersebut, pada langkah pengujian keputusan, kita bisa menggunakan teknik coaching (bimbingan) dengan rekan atau pihak terkait yang sekiranya bisa memberikan pandangan yang baik dan membantu kita dalam mengambil keputusan yang efektif.

    Hal yang juga penting yang perlu diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah, keadaan atau kondisi sosial emosionalnya. Kematangan sosial emosional yang dimiliki seorang guru, akan mengarahkan guru tersebut pada pengambilan keputusan yang lebih bijak dan efektif, maka di sini betapa pentingnya bagi seorang guru untuk pandai-pandai dalam mengelola aspek sosial dan emosionalnya. Ketika guru mampu mengenali emosi yang sedang dirasakannya,  kemudian mampu menterjemahkan situasi yang sedang dialaminya, maka guru tersebut tidak mudah untuk ter'triger' dan terprovokasi pada saat proses pengambilan keputusan.

    Dalam pengambilan keputusan pada situasi-situasi dilema etika yang semua pilihannya adalah benar atau situasi bujukan moral yang pilihannya adalah benar dan salah, seorang guru perlu kembali melihat dan berefleksi pada nilai-nilai dirinya sebagai seorang pendidik. Bahwa seorang pendidik tentu akan berprinsip pada nilai-nilai kebenaran, kasih sayang, dan kebermanfaatan. Suatu waktu mungkin harus memutuskan berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan sesuai dengan aturan yang berlaku (rule based learning) tapi pada waktu yang lain bisa juga memutuskan berdasarkan nilai-nilai kasih sayang dan peduli (care based thinking) atau mungkin juga harus memutuskan berdasarkan nilai-nilai kebermanfaatan atau hasil akhir (end based thinking). Bisa saja saya sebagai orang yang dominan pada prinsip rule based learning tetapi mengambil keputusan menggunakan care based learning kepada murid, karena situasi, kondisi, dan keadaan pada saat itu.

    Mengapa kita perlu mempelajari bagaimana langkah pengambilan keputusan yang baik, karena sebagai pemimpin pembelajaran tentu kita diharapkan mampu membuat keputusan yang tepat dan efektif karena akan memberikan dampak pada murid. Keputusan yang tepat akan menghasilkan dampak lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 


    Di lingkungan saya, yang berasal dari Sekolah Swasta yang didanai oleh BOS dan uang syahriah bulanan orangtua murid, seringkali terjadi situasi dilema etika yang berhubungan paradigma individu vs community, seringkali terjadi benturan antara kepentingan satu kelompok dengan kelompok yang lain. Dalam hal ini yang pernah terjadi adalah antara kegiatan anak dengan pendanaan dari yayasan yang terkendala karena tersendatnya uang syahriah murid. Situasi ini tentu menghasilkan dilema etika, yang mengharuskan kami mengambil keputusan terbaik dari pilihan - pilihan yang sama-sama baik.

    Dalam setiap keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya menjadikan murid sebagai fokus kita, agar setiap keputusan yang kita ambil selalu berpihak pada murid, demikian pula dengan keputusan-keputusan yang kita ambil di kelas, hendaknya sejalan dengan prinsip berpihak pada murid dan memerdekaan mereka. Karena setiap keputusan yang kita ambil terkait pembelajaran pada murid tentu akan mempengaruhi proses belajar mereka di Sekolah, yang akan memberi pengaruh juga pada output yang kita hasilkan kelak. Jadi setiap keputusna yang kita ambil, perlu sekali lagi kita tinjau kebaikannya bagi murid-murid karena akan memberi dampak pada kehidupan dan masa depan mereka.

    Dari semua materi yang kita terima dari modul program pendidikan guru penggerak ini, semuanya menuntun kita untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi murid, dari pemahaman kita tentang filosofi pendidikan, nila dan peran guru penggerak, budaya positif, visi guru penggerak, kompetensi sosial emosional, diferensiasi pembelajaran, teknik coaching, semuanya memberikan insight dan pemahaman yang mendalam yang kelak akan mendasari kita dalam pengambilan keputusan bagi murid. Tetaplah belajar, tetaplah menempa diri, agar kelak mampu menghadirkan pembelajaran-pembelajaran yang bermakna bagi murid, menghasilkan student wellbeing dari setiap keputusan-keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran. Hamasash Never End Bu Guruu!



Selasa, 05 April 2022

KONEKSI ANTAR MATERI - Modul 2.3 Coaching

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. 

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan.

Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ perlu memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. 

Proses menuntun ini juga tidak lepas dari menuntun laku dan akhlak anak. Ki Hajar Dewantara mengistilahkannya dengan pengajaran budi pekerti. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran budi pekerti tidak lain adalah menyokong perkembangan hidup anak-anak lahir dan batin, dari sifat kodrati menuju arah peradaban dalam sifatnya yang umum. Pengajaran ini berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa dengan memperhatikan tingkatan perkembangan jiwa mereka (Ki Hajar Dewantara dalam Mustofa, 2011).

Sungguh amanah yang luar biasa menjadi guru ini. Jika guru diibaratkan adalah petani, maka agar dapat menjadi petani yang baik, menjadi pamong yang tepat bagi murid, maka guru perlu memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman tentang itu. Seperti kata Ki Hajar Dewantara  “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin." 

Pemahaman yang baik tentang setiap individu anak dapat diaplikasikan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Proses pendidikan yang humanis dapat terlaksana dengan kemampuan sosial emosional yang matang pada diri guru. Dan penumbuhan budi pekerti dapat dilakukan dengan proses pembelajaran yang melibatkan sosial dan emosional anak, dan dari semua proses ini, tentu diperlukan pendekatan yang tepat agar semua aspek dapat terpenuhi. Di sinilah muncul pendekatan coaching

Pendekatan coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Pendampingan dengan pendekatan Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi guna mencapai tujuan pembelajaran. Harapannya, pendampingan murid melalui pendekatan coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.


 picture by 
http://quickstart-indonesia.com/grow-coaching-model/

Jumat, 14 Januari 2022

Hukuman? NO ! Restitusi dan Konsekuensi? YES! Aturan Kelas? NO ! Keyakinan Kelas? YES!

Apa yang akan kamu lakukan saat keyakinan yang teguh kamu jaga, ingin diubah orang lain? akankah kamu dengan mudah merelakannya? Jawabannya tentu tidak, kamu pasti akan sekuat tenaga mempertahankan apa yang telah kamu yakini, jikapun suatu saat keyakinan itu kamu relakan, itupun harus berangkat dari kepahaman dan alasan yang kuat mengapa kamu harus merelakannya.

Apasih maksudnya nis? 
Bahwa semua manusia cenderung akan mempertahankan apa yang diyakininya, sehingga jika kita ingin mengubah pola pikir seseorang maka goyahkanlah keyakinannya.

Udah ngeuh belum nih dari prolog di atas kira-kira bakalan bahas apa? wkwk.

Mau sharing tentang Budaya Positif yang sedang berusaha saya dan rekan-rekan terapkan di Sekolah. 

Sekolah saya adalah sekolah berbasis Pesantren yang sangat ketat dan penuh dengan aturan-aturan yang telah bertahun-tahun berjalan, aturan yang ketat inipun dibarengi dengan sanksi-sanksi yang tegas namun ternyata masih salah kaprah, sebagai contoh, pelanggaran keluar dari Pesantren tanpa izin maka hukumannya dibotak. Nyambung gak? nyambung gak? Enggaklah masa nyambung. Apa nyambungnya Kabur dengan dibotak? harusnya kalo kabur ya jangan dibotak tapi dikurung *eeeh, salah woyyyy! :s

Nah untuk meluruskan ini semua, saya perlu mengubah pola pikir. Mengubah pola pikir itu gak mudah, apalagi mengubah pola pikir orang dewasa cem kamu *eeh. Maka untuk bisa mengubah pola pikir temen-temen di Sekolah, saya punya PR dulu untuk menggoyahkan keyakinan yang mereka yakini sekarang, terutama soal DISIPLIN SISWA. 

Berbekal materi yang saya dapatkan dari modul 1.4 Program Pendidikan Guru Penggerak, saya memberanikan diri menyampaikan apa yang saya dapatkan di hadapan rekan-rekan guru juga ustad-ustad Pesantren. 

  • Bagaimana cara membuat murid disiplin?
  • Siapakah yang bisa mendisiplinkan murid?
  • Apakah guru yang bisa mendisiplinkan murid? Atau Kepala Sekolah? Atau orangtua murid? Atau murid itu sendiri?  Mengapa?
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. 

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa 

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. 
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. 

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia:

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. 

2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 

Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. 

3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya

Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal. 

Lalu, motivasi mana yang ingin kita hadirkan pada diri siswa-siswa kita?

Maka, untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas       

Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja? 

“Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?”

“Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?” 

Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama. Suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik.


Setiap orang, memiliki 5 kebutuhan pokok dalam hidupnya, kebutuhan untuk mempertahankan hidup, kebutuhan untuk merasa dicintai dan dimiliki, kebutuhan untuk diakui sebagai seseorang yang memiliki kemampuan, kebutuhan untuk kebebasan dan kebutuhan untuk bersenang-senang. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang harus terpenuhi, jika salah satu dari kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi maka seseorang akan cenderung mudah untuk melakukan pelanggaran/penyimpangan. 

Konsep inilah yang harus kita pahami pada siswa-siswa kita saat mereka melakukan pelanggaran.

Sebagai seorang guru yang baik, apa yang bisa kita lakukan saat anak kita melakukan pelanggaran? menghakimi? menghukum? itu sudah bukan lagi pilihan yang baik. Kita perlu melakukan restitusi. Dengan 3 langkahnya.






Diharapkan dengan usaha-usaha ini, pembiasaan disiplin positif di Sekolah bisa tercapai dengan baik.

Adapun usaha yang saya lakukan di sekolah adalah dengan memulai membuat dan membangun Keyakinan Kelas

Dan video penerapannya di Sekolah bisa diakses di https://youtu.be/9mqPp1anJik

Semoga keberjalanan disiplin positif di sekolah kita dapat terlaksana dengan baik, anak-anak bisa tumbuh bahagia sesuai fitrahnya dan tumbuh maksimal dengan potensi-potensinya, aamiin

Terimakasih, 
Salam sharing dari saya Khairunnisa, Calon Guru Penggerak Angkatan 04 dari Kabupaten Ciamis ^_^

Kamis, 04 April 2019

Nerima

Terkadang hidup memang sesederhana itu saja . . . :)

Nerima
Ridha

Dengan segala hal yg telah terjadi. Dengan segala hal yg memang bukan urusan/kemampuan kita merubahnya.

Kalau sudah ridha. Kata Allah, Allah akan bimbing dan arahkan kita untuk bertemu bahagia.

Kata Allah, Allah tak pernah bermaksud menyusahkan hambanya.

Kalau lagi dapet musibah atau sesuatu yg gak kita harapkan, kata Allah sebenarnya itu adalah akibat dari perbuatan kita sendiri.

Lah trus jadi apa musibah itu hukuman?

Bukan. Justru pertolongan.

Kata Allah, tidak ada satupun hal/musibah yg menimpa seorang muslim meskipun sekedar terinjak duri, melainkan Allah ganti, Allah tebus rasa sakit atau kesusahan itu dengan pahala atau terhapusnya dosa.

Meleleh donggg
Cireumbay lahhh kalo inget ini.

Allah mah Maha baik, kita dosanya banyak ditebusnya (dikasi musibah/ujiannya) dikit. . ., lebih banyak waktu lapangnya atau waktu sempitnya? Lebih lama sakitnya atau sehatnya? Lebih banyak nikmatNya atau syukurnya?

Astagfirullahaladziim.

Kata Allah, musibah/ujian itu karena kesalahan kita.

Banyakin istigfar . . .

Astagfirullahaladziim
Astagfirullahaladziim
Astagfirullahaladziim

Allah mah Maha baik.
Kita yg sering gak nyadar lagi dibaikin :(

#selfhealing
#fever
#salesma
#sudahberminggu
#kebanyakandosasih

Selasa, 26 Februari 2019

Sebuah Jawaban

Sebuah Jawaban

Oleh :

Seni Endah Dwi Pradikari &
Khairunnisa

Salma Pratiwi, adalah nama lengkapku. Aku siswi dari salah satu SMA Negeri di Kota Bogor. Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA. Kini seragamku bukan putih biru  lagi tapi putih abu. Jarak sekolah dengan rumahku tidak begitu jauh, cukup berjalan kaki, aku sudah sampai di sekolah.
Dari kejauhan, aku melihat kedua sahabatku sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
"Salma.. Ayo cepat!! nanti kita bisa terlambat," teriak sahabatku yang sudah tidak sabar menungguku.
Tiwi dan Sofi, mereka adalah teman baik ku dari sejak kecil. Sepertinya takdir menyatakan kami harus berada di sekolah yang sama.
"aku deg-degan nih," kata Tiwi.
"Tenang, kita kan satu kelas wi," jawabku menenangkan Tiwi yang terlihat gelisah.
Kelas A1, itulah kelas kami. Saat kami masuk ke dalam kelas, ternyata sudah penuh dengan siswa-siswi baru. Kami pun segera mencari tempat duduk yang masih kosong. Syukurlah masih ada tempat duduk untuk kami.
Bu Tuti, adalah wali kelas kami. Sepertinya bu Tuti ini orangnya baik. Terlihat dari gaya bicaranya, bu Tuti memiliki sifat keibuan.
"Hari ini tidak ada pelajaran ya, kita semua akan melakukan perkenalan," kata bu Tuti.
Satu per satu mengenalkan diri di depan kelas. Tiwi terlihat gemetaran saat berada di depan anak-anak. Sahabatku yang satu ini memang sangat pemalu. Lalu giliran Sofi, memperkenalkan diri dengan gaya centilnya. Berbeda dengan aku yang berkarakter kalem tapi tidak pemalu seperti Tiwi. Setelah aku selesai memperkenalkan diri, tiba-tiba ada seorang siswa datang dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Assalamualaikum," sapanya dari depan pintu kelas.
"Waalaikumsalam,"jawab bu Tuti.
"Maaf bu, saya terlambat,"jelasnya dengan nada menyesal.
"Iya tidak apa-apa, tapi lain kali jangan kamu ulangi.. Ayo perkenalkan dirimu!! " kata bu Tuti dengan tegas.
"Baik bu," jawabnya sambil membungkuk.
Namanya Indra Wijaya. Saat Indra melakukan perkenalan di depan kelas, Tiwi tertawa sendiri. Tawanya menandakan ejekan pada Indra.
"Ko kamu malah tertawa sih wi..? Tanyaku penasaran.
"Iya, habisnya sepupu aku itu lucu," ucap Tiwi yang terlihat sangat puas.
"oh itu sepupu kamu wi? "kata sofi.
"Iya, jangan naksir ya.. Dia orangnya aneh tau, "balas Tiwi.
"Kalo naksir gimana wi? "kata sofi yang mencoba merayu.
"Jangan!! Aku bilang dia itu aneh," tegas Tiwi.
"Aneh? Apa maksud Tiwi ya? " kataku dalam hati.
Hari pertama sekolah memang selalu mengesankan. Besok aku akan mulai menjalani hari-hari disekolah dengan teman baruku. Termasuk Indra sepupu Tiwi.

****
Setiap hari Jum'at semua siswa-siswi harus mengikuti kegiatan pramuka dan ekstrakulikuler. Ternyata aku dan Indra mengikuti ekstrakulikuler yang sama. Aku sangat senang melukis, itulah alasanku masuk grup kesenian.
"Loh Salma ikut grup kesenian juga? " tanya indra. Aku baru sadar ternyata indra duduk disebelahku.
"Iya ndra, "jawabku.
"Kamu suka melukis ya Sal ? "
"Iya ndra, ko kamu bisa tau? "tanyaku
"Tau dong," jawab indra.
"Trus kamu sendiri kenapa masuk grup kesenian? " tanyaku penasaran.
"Kamu penasaran ya? "jawabnya dengan nada meledek.
"Tidak tuh, aku hanya bertanya saja ko, " balasku sambil tersenyum malu.
Ternyata indra orangnya baik. Dia supel dan suka humor. Tidak ada yang aneh seperti yang dikatakan Tiwi. Aku senang bisa berbincang dengannya.
"Tuh kan malah melamun!! " suara Indra membuyarkan lamunan ku. Lalu aku hanya tersenyum, dan Indra pun membalas senyumku.

Menurutku hari itu begitu menyenangkan. Dalam pikiranku selalu terbayang senyumannya. Benar kata orang, masa SMA adalah masa paling menyenangkan dan masa yang paling indah untuk dikenang. Kini aku merasakan jatuh cinta. Bagaimana tidak jatuh cinta, setelah terjadi percakapan itu, aku dan Indra semakin akrab. Dia selalu menemaniku disaat aku sedang melukis sendirian di kelas. Katanya dia senang melihatku saat melukis. Perkataannya membuat hatiku berdebar-debar.
"Oh Tuhan aku benar-benar jatuh cinta, " kataku dalam hati.

***
Pagi ini langit terlihat begitu cerah. Matahari seolah-olah tersenyum padaku. Tapi salah satu sahabatku tidak terlihat baik hari ini. Wajahnya terlihat gelisah. Seperti ada sesuatu yang dia ingin ungkapkan.
"Kamu kenapa Fi? "tanyaku
"Ah tidak Sal, aku tidak apa-apa ko, " jawabnya dengan lemas.
"Kamu sakit Fi?"tanya Tiwi.
"Tidak, aku sehat Wi... Nanti kita kekantin yu, "kata Sofi.
"Oke, " jawab aku dan Tiwi.
Aku merasa khawatir dengan Sofi. Tapi aku meyakinkan diri bahwa Sofi baik-baik saja.
Waktu istirahat pun tiba. Kami langsung beranjak menuju kantin. Makanan favorit kami adalah bakso. Bakso di kantin sekolah sangat enak. Kata orang bukan hanya kisah cinta yang akan dikenang saat SMA, kita pun akan rindu dengan makanan terenak dikantin sekolah.
Aku masih penasaran dengan Sofi. Mungkin sekarang dia mau mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya.
"Jadi tadi itu kamu kenapa Fi? "
"Iya, kamu kenapa Fi ?" tanya Tiwi yang juga penasaran.
"Sal, Wi... Sebenarnya aku sedang jatuh cinta," Jawab Sofi.
"Kamu jatuh cinta sama siapa Fi? " Tanyaku yang semakin penasaran.
"Aku menyukai Indra Wi..," jawab Sofi malu-malu.
"Apa Fi, kamu suka sama Indra?? " tanyaku untuk memastikan.
"Iya Sal, tapi aku bingung mengungkapkannya, aku sudah membuat surat untuk Indra, "jelas Sofi.
"Sal, kamu punya seseorang yang disukai juga tidak? "tanya Sofi.
"Tidak Sof, "jawabku berbohong.
Aku berbohong pada Sofi. Sebenarnya perasaan ku sama dengan Sofi, bedanya aku tidak mampu untuk mengungkapkannya. Aku pengecut. Aku tidak ingin hubunganku dengan Sofi jadi rusak. Apakah aku harus mengalah untuk sahabatku.

*****

Hari terus berlanjut, kehidupan kami di SMA ini semakin menarik, bertemu pelajaran-pelajaran baru seperti Kimia, PKWU, Bahasa Jerman dll, menantang sekali, lebih rumit dari saat SMP dulu. Oh ya ekstrakurikulernya pun lebih banyak dan masih ada sebagian yang asing bagiku ada KIR yang didominasi anak-anak IPA, ada bermacam klub Olahraga seperti Karate, Basket, Futsal dan Renang yang ramai sekali peminatnya, ada juga klub Seni yang isinya Tari, Lukis, Drama dan Paduan suara.   Tiwi memilih bergabung dengan KIR dan Paduan Suara, Sofi ikut Paskibra dan kemudian mendaftar lukis karena ada Indra di sana, Aku sebenarnya suka sekali melukis tapi sejak Sofi ikut bergabung karena ada Indra, entahlah aku merasa kurang nyaman akhir-akhir ini tiap kali harus berada di antara mereka berdua.

Seharusnya aku tidak begitu, tapi entahlah rasanya Sofi semakin nekat melakukan banyak cara untuk bisa selalu bersama Indra, padahal kami jelas sudah sekelas tapi sepertinya itu belum cukup bagi Sofi.

Seperti siang ini, saat Tiwi mengajakku ke toko buku pada hari minggu nanti, dan Indra mengajukan diri untuk bergabung tiba-tiba Sofi dari bangku belakang ikut bersuara "Aku ikut ya, sekalian mau cari kanvas buat eskul pekan depan, jam berapa?", dan Tiwi pun tak bisa menolak "jam 10 saja biar tidak terlalu siang". Ah padahal aku tahu masih ada kanvas di laci meja Sofi saat aku piket tadi pagi.

Pukul 10.15 kami bertiga sudah tiba di depan toko buku paling terkenal Se-Indonesia itu, aku yang sebenarnya hanya berniat menemani Tiwi akhirnya memutuskan melihat-lihat rak novel, dan Indra kulihat sedang menuju rak komik. Sofi datang 10 menit kemudian saat aku sudah memutuskan membeli sebuah novel islami berjudul "6 Bulan Jadian", dia melihat novel yang kupegang dan berteriak agak keras "Salma, mau jadian sama siapa??", aku yang terkejut dengan kehadiran Sofi plus pertanyaan ekstrim nya itu terdiam beberapa saat,"Ada dehhh, baru datang udah kepo."

"Kepo ke temen sendiri emang dilarang ya? Eh Indra mana?"

"Di rak komik, lah kamu katanya mau nyari kanvas, tuh kanvas mah di bagian alat tulis agak ke pojok kanan."

"Enggak ah, kamu tahu sendiri lah Sal, aku ke sini buat apa", ujar Sofi setengah berbisik.

"Buat spa? Setahu aku mah kamu mau nyari kanvas."

"Ah, polos banget sih, dah ah mau nyusulin Indra dulu".

Ada sebagian hatiku yang tidak terima dan tiba-tiba rasanya sesak, aku bergegas menuju kasir dan keluar menuju foodcourt, ku pesan segelas es teh dan duduk di sana. Tak lama Tiwi mengirim pesan whatsup padaku.

"Dimana? Kok tiba-tiba menghilang?"

"Di foodcourt ni, lagi nyari minuman, haus".

Mereka bertiga menyusul ku ke foodcourt.

"Perasaan Tiwi minta temenin kamu deh Sal, kenapa jadi aku yang nemenin dia?", Indra protes. "Ya gak apa-apa lah, kamu kan juga temennya, saudara nya juga, tiba-tiba aku haus tadi."

Hari itu ditutup dengan makan siang yang seharusnya seru karena Indra mentraktir kami semua, dan Sofi yang selalu membuat joke-joke lucu sepanjang kami makan, tapi tetap awkward bagiku, ahh Tuhan kenapa aku harus suka pada orang yang sama sih dengan Sofi?

*****

Tak terasa, Ujian Semester telah selesai dan hal yang paling ditunggu -tunggu seluruh pelajar di seluruh Dunia sebentar lagi akan tiba. Liburan.

Nilai-nilaiku cukup baik walaupun tidak sebaik Tiwi, tapi aku cukup puas, untuk sebuah permulaan menurutku ini tak jelek setidaknya nilaiku masih lebih besar daripada Sofi.

Ah lagi pula orangtuaku selalu menekankan soal proses yang jauh lebih penting daripada hasil, dan aku menikmati setiap proses itu, aku telah belajar sungguh-sungguh dan sekuat tenaga menekan hasratku untuk membaca novel atau melukis selama 2 bulan ini, dan ya aku tidak kecewa karena telah berusaha.

Liburan tiba, itu artinya aku punya waktu lebih banyak dengan novel-novelku, dengan cat-cat lukisku juga tentunya. Aku sudah tidak mau tahu usaha apa saja yang dilakukan Sofi untuk mendapatkan Indra, karena kulihat Indra sepertinya tidak menyukainya.

Aku pun sudah mulai berdamai dengan hatiku dan mulai bisa mengendalikannya. Sejak aku membaca novel yang kubeli waktu itu aku menjadi ketagihan membaca novel-novel islami yang ternyata isinya seru-seru, pikiranku soal cinta menjadi sedikit terbuka, gambaranku soal pacaran sedikit berubah, bahwa ya jatuh cinta itu normal, tapi Tuhan melarang kita mencintai sesuatu lebih dari mencintaiNya. Jatuh cinta itu fitrah, perasaan itu fitrah, hanya jangan sampai kita mengotori fitrah perasaan itu dengan hal-hal yang Tuhan tidak suka. Ahh, dari novel-novel itu aku sedikit belajar bagaimana mengendalikan perasaan ku pada Indra yang ternyata adalah fitrah, murni, dan suci. Aku masih sering memikirkannya, tapi selalu kucoba alihkan pada hal lain, belajar kelompok bersama Tiwi, memasak bersama Ibu, atau berkumpul berdiskusi dengan anak-anak Rohis di sekolahku walaupun aku belum secara resmi bergabung. Perlahan perasaan itu lebih bisa dikendalikan.

Hari ini hari ke 3 kami libur, ketika tiba-tiba Sofi datang ke rumahku.

"Salma, aku boleh ya sedikit lama di rumah kamu".

"Boleh lah Sof".

Lalu Salma memelukku kencang dan menangis.

"Indra menolakku Sal, setelah semua usaha yang kulakukan untuk menarik perhatiannya, dia menolakku dengan tegas kemarin sore, sambil mengembalikan surat yang kutulis untuknya, dia bilang dia gak punya perasaan padaku, dia tega Sal, aku malu".

"Tak apa Fi, seharusnya kamu lega karena sudah tahu perasaannya, biarlah mungkin dia memang tidak baik bagimu menurut Tuhan".

Sofi masih terisak memelukku.

"Rasanya hancur banget Sal, cape banget aku usaha 6 bulan ini buat dia".

"Indra gak pernah minta kamu usaha kan Fi? sudahlah tidak perlu menyalahkan siapapun, setiap yang terjadi pasti ada hikmah dan pelajaran buat kita".

"Aku bodoh banget ya Sal?"

"Enggak lah, aku sih sebenarnya cukup kagum sama keberanian kamu menunjukkan perasaanmu ke dia, gak semua orang sanggup Fi".

"Itu sih bodoh Sal, buang -buang waktu dan menguras perasaan."

"Udah ah, semuanya bisa jadi pelajaran, semoga dengan kejadian ini kita tambah baik kedepannya  ya Fi".

Setelah 3 jam Sofi curhat dan menangis di kamarku, akhirnya dia lega dan pamit pulang. Sepulangnya Sofi, aku termenung hebat di kamar, apa aku bahagia dengan kenyataan ini? Ada kelegaan di sisi hatiku yang kemudian coba kutepis, apa aku berharap Indra menyukaiku?. Ah aku sudah berjanji pada diriku untuk tak lagi memikirkan soal Indra, biarlah perasaan itu tetap berada dalam fitrahnya, biarkan ia tetap suci dengan penjagaanku. Ahhh ingin menangis rasanya. Dalam keheningan siang itu, ibuku mengetuk pintu kamarku.

"Ada teman kamu tuh."

"Loh bukannya baru pulang bu?"

"Beda lagi, laki-laki, sana temui dulu, tapi jangan lama-lama."

"Ya bu."

Belum selesai ku tata hatiku dengan cerita Sofi, siapa pula yang datang lagi.

Deg.

Kulihat Indra sedang duduk di sofa ruang tamu, dengan kemeja semi formal dan celana rapih, ganteng.

Oh Tuhan, dia mau apa? Ingin rasanya aku balik lagi ke kamar, namun terlambat karena Indra melihatku di balik tirai penyekat ruangan.

"Sal, maaf mengganggu istirahat kamu, aku gak lama kok, cuma mau ngasihin surat ini buat kamu, sudah terlalu lama ada di tasku."

"Surat apa?"

"Surat buat kamu", ujar Indra sambil memberikan amplop putih itu padaku.

"Sudah ya, aku pamit, maaf mengganggu."

*****

Tidak terasa sudah seminggu kami libur, dan besok Senin sudah waktunya kami sekolah kembali.

Malam ini, aku kembali merenungi isi surat dari Indra. Kucoba tegarkan hatiku, aku ingat perkataan seorang ustad di TV pagi tadi katanya Allah akan menguji seorang hamba pada titik terlemah sang hamba, bukan untuk semakin melemahkannya tetapi justru untuk melihat seberapa besar keimanannya dan seberapa tinggi derajatnya di hadapan Allah. Seseorang yang lemah dalam harta akan Allah uji dengan kekayaan atau kemiskinan untuk melihat sebesar apa kecintaannya pada Allah, seseorang yang lemah dalam menahan emosi, maka Allah akan uji dengan meng-skenariokan banyak hal yang menguji emosinya. Seseorang yang lemah dalam menahan pandangan, maka Allah akan uji dengan mengirimnya banyak pemandangan yang haram baginya, begitu pun yang lemah dalam menjaga perkataan, Allah akan uji dengan hal yang memicu lisannya. Semuanya Allah uji dengan hal yang berbeda-beda namun dengan satu tujuan, yaitu melihat siapa yang tetap beriman dan siapa yang melanggar.

Ahhhh Tuhan tahu sekali kelemahanku, anak perempuan yang baru 16 tahun ini.
Kuingat-ingat diskusi ku dengan Wina yang anak Rohis waktu itu, dia bilang kita ini sedang berpuasa, berpuasa dari hal-hal yang belum saatnya, jelas aku belum siap untuk menikah jikapun Indra menyukaiku, Indra? Pasti juga belum siap untuk menikah, sedangkan muara terbaik dari semua perasaan ini adalah menikah.

Wina bilang kita semua sedang berpuasa, Wina bilang suatu saat nanti kita akan berbuka, akan menikah, dan waktu berbuka itu akan terasa sangat indah, sangat nikmat manakala kita berhasil menahan segala hal yang membatalkan puasa kita, tapi jika sebelum waktu berbuka kita tak sabar dan mencoba mencicip-cicip hidangan yang belum halal karena belum saatnya, maka puasa kita akan batal, sehingga kenikmatan berbuka itu mustahil bisa kita rasakan. Ya Tuhan, beri aku kekuatan agar bisa berpuasa sampai waktunya berbuka. Aamiin 

Ku matikan lampu kamarku, Bismillah, rasanya aku sudah punya jawaban untuk besok.

Kalian tahu kan apa jawabanku? 😊

Sabtu, 16 Februari 2019

Diary Leon

Ku dengar jeritan kecil melengking menyiratkan nyeri, diikuti suara seorang perempuan yang tampaknya berusaha menenangkan, kemudian jeritan itu berubah menjadi tangisan sesenggukan, pilu.

Anak beranak itu keluar dari ruangan yang menjadi sumber tangisan diiringi Perawat dengan botol infusan tersambung pada lengan. Aku melihatnya kelu, kutaksir usianya tak jauh dari 3, mungkin 3,5 atau malah masih 2 tahun. Sekelebat teringat masa kecilku 20 tahun lalu.

Sekarang tiba giliranku, yang pasti tak akan ada drama air mata, selain tak pantas karena aku sudah tua, ini sudah terlalu sering bagiku, coba tanya, bagian mana dari tubuhku yang tak pernah tersentuh jarum? Bisa ku hitung, paling jumlahnya tak akan lebih dari 3, kulitku sudah kebal, air mataku sudah habis untuk masalah ini.

Hari ini aku beruntung tak ada bonus tusukan di lengan, ini kejadian langka yang patut ku syukuri. 2 pekan lalu aku mendapat 5 bonus tusukan, hampir-hampir hilang sabar dan ingin ku marahi Mahasiswa praktik itu, lenganku menjadi bahan praktiknya padahal Perawat seniorpun sering keder mencari venaku jarang sekali bisa langsung masuk dalam sekali tusuk.

Ada ungkapan yang orang sering bilang "sakit, tapi tidak berdarah" apa maksudnya? bagiku yang tidak berdarah tak perlu dibuat sakit, atau dibuat-buat seolah sakit, ya kan?

Setelah ini sambil menunggu tetes-tetes penyambung nyawaku mengalir, aku bisa nonton film hasil download semalam, atau menggoda perawat dan dokter praktik yang masih muda-muda jika kebetulan stase mereka tepat di poli dalam, atau ngerumpi membuat keseruan di ruangan bersama teman-teman seperjuangan. Itu sih satu-satunya hal yang selalu ku rindukan dari ruangan ini, bertemu mereka dan sejenak merasa "normal".

Oh ya kenalkan, namaku Leon, setidaknya begitulah orang-orang memanggilku. Umurku 24 tahun wajah sih baby face postur tubuh apalagi, gak jauh beda lah sama anak SMP, pendek maksudku, tapi soal kedewasaan, kemandirian, daya juang boleh lah, mungkin di atas rata-rata kalian 😁.

Aku terlahir dengan kelainan darah genetik, thalasaemia namanya. Pernah dengar? Belum? Gak umum sih ya, tapi biar kujelaskan, agak ribet sih, tapi pelan-pelan.

Apa sih yang membuat masing - masing orang memiliki wajah, dan bentuk tubuh berbeda? Yap, karena kita diwarisi variasi gen yang berbeda.

Semua sel dalam tubuh kita mewarisi variasi dari setengah gen ayah dan setengah gen ibu. Gen adalah mesin pencetak sesuatu dalam tubuh kita, dia yang meminta sel kulit untuk mencetak kulit hitam, dia yang meminta sel tulang hidung mencetak hidung pesek atau mancung, dia juga yang meminta sel rambut untuk mencetak rambut lurus atau keriting termasuk meminta sel darah mencetak sel darah yang bentuknya cekung pipih sempurna atau malah cacat.

Bukan kebetulan, aku mewarisi kelainan genetik dari kedua orangtuaku, mereka sehat dan normal sih, tapi gen mereka berdua ternyata membawa sifat thalasaemia sehingga aku terlahir thalasaemia, kelainan genetik pada sel darah merah.

Jika orang normal gennya memerintah pada sel darah merah untuk memproduksi sel darah merah yang normal, maka untuk kondisiku gennya memerintah dengan tidak sempurna sehingga sel darah merah yang diproduksi tubuhku bentuknya tidak normal dan cenderung lebih cepat pecah. Jika orang normal usia darah merahnya sekitar 3 bulan tidak dengan orang-orang dengan thalasaemia seperti ku, usia sel darah merahnya akan lebih singkat. Efeknya? Aku anemia seumur hidup.

Lalu bisa sembuh atau tidak? Bisa sih, kalau gennya bisa direparasi, dibetulkan untuk tidak memerintah sel memproduksi sel yang cacat, tapi ibarat membuat pohon mangga berbuah masam menjadi berbuah manis diperlukan okulasi atau penyambungan batang dari pohon mangga yang manis kepada batang dari pohon mangga yang masam, sehingga pada batang yang sudah mengalami okulasi tadi akan menghasilkan mangga yang berbuah manis. Ribet ya? Ya begitulah satu-satunya cara untuk membetulkan gennya adalah dengan melakukan cangkok sumsum tulang belakang (mesin produksi sel darah merah) mencangkok-kan sumsum tulang belakang orang normal yang cocok dengan tubuh kita. Mudah? Ya enggak lah, mahal sih pasti.

Terus solusinya bagaimana? Ya begini, aku harus menjalani transfusi darah merah seumur hidup, agar tubuhku sejenak memiliki sel darah merah yang normal, sebelum merekapun pada akhirnya akan mati dan pecah kembali. Kalau orang normal kadar Haemoglobinnya 12 lebih, aku? Untuk 12 perlu berkantong-kantong darah dulu yang tertransfusikan.

Panjang ya, ceritaku hari ini 😁, ini sih gak sepanjang cerita sebenarnya. Nantilah kulanjutkan lagi di lain kesempatan, sekarang aku sedang menikmati kepala yang memberat, badan yang mulai terasa remuk, suhu tubuh yang dari tadi pelan-pelan naik. Efek transfusi, darah yang masuk kadang-kadang perlu penyesuaian dengan tubuhku. Aku harus memanggil perawat untuk memberiku parasetamol.

Sudah dulu ya.