senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Minggu, 16 Februari 2014

Pelajaran hidup darimu . . . (part 1 tentang pendidikan)

Aku ingin membagi sesuatu padamu, tentang ibuku, tentang petuahnya. Ibuku, ibumu juga kan? :)

Baiklah, kumulai dari sini saja
Tentang pendidikan, ibuku tak pernah bertitah macam-macam, ia tidak cerewet mengarahkan hidup kami, bahkan sejak kami sekolah dasar, hingga saat ini kami sudah melalui masa-masa pendidikan (TK-kuliah), ibu jarang mengeluarkan titahnya.
Jika banyak ibu begitu berambisi menginginkan anaknya menjadi bintang kelas atau selalu menang di berbagai kejuaran, ibuku tidak.
Jika ibu-ibu lain memaksa anak-anaknya untuk belajar dan mempunyai waktu khusus belajar di rumah, maka ibuku tidak begitu.
Sampai sekarang, jarang ku dengar ibu mengucapkan, kak sudah belajar belum?. Entahlah, apakah ibuku tak peduli? 
Jika keluarga-keluarga lain menyiapkan hadiah istimewa setiap mendapat juara kelas, maka aku dan adikku tak pernah mendapat hadiah spesial setiap kali kami juara.
Aku hanya ingat, sepulang sekolah ibu hanya bertanya pada kamu "belajar apa tadi? seneng gak? ada PR?" . Lantas kami menjelaskan dengan semangat apa yang kami dapat di sekolah, mengenai PR, ibuku jarang menegaskan atau menyuruh kami mengerjakan PR, jarang sekali, tetapi dengan pertanyaan "ada PR?" maka kami langsung teringat PR-PR kami, lantas kemudian sibuk mengerjakan. Jika kami kesulitan ibu akan bersiap mengajarkan.
Begitupun saat ini, perlakuan ibu pada adik bungsuku pun begitu, adik bungsu ini sangat jarang berada di rumah, hobinya bermain dengan anak tetangga. Jika ada PR atau sedang ulangan, ibu sama sekali tidak menahan adikku untuk tidak main, ia membiarkan saja adikku bermain, ibu juga jarang memaksa dan menyuruh adikku belajar untuk ulangan. Aku yang kadang-kadang menjadi gregetan ingin sekali berteriak, heiiiiii belajar heiiiii jangan main mulu heiiiii. Tapi aku kadang-kadang tak paham, mengapa adik bungsu yang "luarbiasa" ini bisa juara kelas dengan mudah -_-.

Sekarang aku sadar, mungkin ibuku hanya ingin kami semua tidak merasa 'terpaksa' menjalani rutinitas pendidikan kami, ia menyediakan hati untuk mendengarkan, menyediakan pikiran untuk membantu mengajarkan, menyediakan kenyamanan untuk kami belajar, tanpa tekanan, tanpa paksaan. Ibu terkesan tidak peduli kami mendapat rengking berapa di kelas, meskipun kami tau, wajahnya bangga setiap membaca raport kami. Pernah suatu hari aku bertanya, bu, temen aku kalau dapet rengking itu pasti dikasi hadiah sama orangtuanya, kok aku mah gak dapet? ibuku cuma bilang, emang kakak mau hadiah apa? bukannya gak rengking satu juga apa yang kakak butuhkan ibu belikan? hmm ya, bahkan di umur sekecil itu aku langsung paham maksud ibuku :)

Aku ingat, ketika aku menyusun skripsi, ibu tak pernah bertanya kapan selesai kak, ibu cuma nanya, gimana skripsinya? _pertanyaan ini sangat berbeda makna kan?, hmm

Satu hal yang aku dapatkan dari cara ibu mendidik kami dalam hal pendidikan, ia tak pernah memaksa kami untuk mengikuti keinginannya (aku tau, tentu saja seorang ibu ingin sekali anaknya rajin belajar di rumah) namun ia tak pernah mengatur-ngatur kami, seperti ku sampaikan tadi, ia hanya menyediakan apa yang kami butuhkan untuk bisa baik dalam hal pendidikan, ia menyediakan hati, memberikan kasih sayang, menyiapkan fasilitas dan lainnya sehingga kami sendiri yang malu jika tidak maksimal di sekolah.

Ada baik dan buruk dari sistim yang ibu terapkan pada kami, tapi aku rasa, aku harus mempraktekkan beberapa di antaranya nanti pada anak-anakku ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar