senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Sabtu, 16 Februari 2019

Diary Leon

Ku dengar jeritan kecil melengking menyiratkan nyeri, diikuti suara seorang perempuan yang tampaknya berusaha menenangkan, kemudian jeritan itu berubah menjadi tangisan sesenggukan, pilu.

Anak beranak itu keluar dari ruangan yang menjadi sumber tangisan diiringi Perawat dengan botol infusan tersambung pada lengan. Aku melihatnya kelu, kutaksir usianya tak jauh dari 3, mungkin 3,5 atau malah masih 2 tahun. Sekelebat teringat masa kecilku 20 tahun lalu.

Sekarang tiba giliranku, yang pasti tak akan ada drama air mata, selain tak pantas karena aku sudah tua, ini sudah terlalu sering bagiku, coba tanya, bagian mana dari tubuhku yang tak pernah tersentuh jarum? Bisa ku hitung, paling jumlahnya tak akan lebih dari 3, kulitku sudah kebal, air mataku sudah habis untuk masalah ini.

Hari ini aku beruntung tak ada bonus tusukan di lengan, ini kejadian langka yang patut ku syukuri. 2 pekan lalu aku mendapat 5 bonus tusukan, hampir-hampir hilang sabar dan ingin ku marahi Mahasiswa praktik itu, lenganku menjadi bahan praktiknya padahal Perawat seniorpun sering keder mencari venaku jarang sekali bisa langsung masuk dalam sekali tusuk.

Ada ungkapan yang orang sering bilang "sakit, tapi tidak berdarah" apa maksudnya? bagiku yang tidak berdarah tak perlu dibuat sakit, atau dibuat-buat seolah sakit, ya kan?

Setelah ini sambil menunggu tetes-tetes penyambung nyawaku mengalir, aku bisa nonton film hasil download semalam, atau menggoda perawat dan dokter praktik yang masih muda-muda jika kebetulan stase mereka tepat di poli dalam, atau ngerumpi membuat keseruan di ruangan bersama teman-teman seperjuangan. Itu sih satu-satunya hal yang selalu ku rindukan dari ruangan ini, bertemu mereka dan sejenak merasa "normal".

Oh ya kenalkan, namaku Leon, setidaknya begitulah orang-orang memanggilku. Umurku 24 tahun wajah sih baby face postur tubuh apalagi, gak jauh beda lah sama anak SMP, pendek maksudku, tapi soal kedewasaan, kemandirian, daya juang boleh lah, mungkin di atas rata-rata kalian 😁.

Aku terlahir dengan kelainan darah genetik, thalasaemia namanya. Pernah dengar? Belum? Gak umum sih ya, tapi biar kujelaskan, agak ribet sih, tapi pelan-pelan.

Apa sih yang membuat masing - masing orang memiliki wajah, dan bentuk tubuh berbeda? Yap, karena kita diwarisi variasi gen yang berbeda.

Semua sel dalam tubuh kita mewarisi variasi dari setengah gen ayah dan setengah gen ibu. Gen adalah mesin pencetak sesuatu dalam tubuh kita, dia yang meminta sel kulit untuk mencetak kulit hitam, dia yang meminta sel tulang hidung mencetak hidung pesek atau mancung, dia juga yang meminta sel rambut untuk mencetak rambut lurus atau keriting termasuk meminta sel darah mencetak sel darah yang bentuknya cekung pipih sempurna atau malah cacat.

Bukan kebetulan, aku mewarisi kelainan genetik dari kedua orangtuaku, mereka sehat dan normal sih, tapi gen mereka berdua ternyata membawa sifat thalasaemia sehingga aku terlahir thalasaemia, kelainan genetik pada sel darah merah.

Jika orang normal gennya memerintah pada sel darah merah untuk memproduksi sel darah merah yang normal, maka untuk kondisiku gennya memerintah dengan tidak sempurna sehingga sel darah merah yang diproduksi tubuhku bentuknya tidak normal dan cenderung lebih cepat pecah. Jika orang normal usia darah merahnya sekitar 3 bulan tidak dengan orang-orang dengan thalasaemia seperti ku, usia sel darah merahnya akan lebih singkat. Efeknya? Aku anemia seumur hidup.

Lalu bisa sembuh atau tidak? Bisa sih, kalau gennya bisa direparasi, dibetulkan untuk tidak memerintah sel memproduksi sel yang cacat, tapi ibarat membuat pohon mangga berbuah masam menjadi berbuah manis diperlukan okulasi atau penyambungan batang dari pohon mangga yang manis kepada batang dari pohon mangga yang masam, sehingga pada batang yang sudah mengalami okulasi tadi akan menghasilkan mangga yang berbuah manis. Ribet ya? Ya begitulah satu-satunya cara untuk membetulkan gennya adalah dengan melakukan cangkok sumsum tulang belakang (mesin produksi sel darah merah) mencangkok-kan sumsum tulang belakang orang normal yang cocok dengan tubuh kita. Mudah? Ya enggak lah, mahal sih pasti.

Terus solusinya bagaimana? Ya begini, aku harus menjalani transfusi darah merah seumur hidup, agar tubuhku sejenak memiliki sel darah merah yang normal, sebelum merekapun pada akhirnya akan mati dan pecah kembali. Kalau orang normal kadar Haemoglobinnya 12 lebih, aku? Untuk 12 perlu berkantong-kantong darah dulu yang tertransfusikan.

Panjang ya, ceritaku hari ini 😁, ini sih gak sepanjang cerita sebenarnya. Nantilah kulanjutkan lagi di lain kesempatan, sekarang aku sedang menikmati kepala yang memberat, badan yang mulai terasa remuk, suhu tubuh yang dari tadi pelan-pelan naik. Efek transfusi, darah yang masuk kadang-kadang perlu penyesuaian dengan tubuhku. Aku harus memanggil perawat untuk memberiku parasetamol.

Sudah dulu ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar