senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Selasa, 26 Februari 2019

Sebuah Jawaban

Sebuah Jawaban

Oleh :

Seni Endah Dwi Pradikari &
Khairunnisa

Salma Pratiwi, adalah nama lengkapku. Aku siswi dari salah satu SMA Negeri di Kota Bogor. Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA. Kini seragamku bukan putih biru  lagi tapi putih abu. Jarak sekolah dengan rumahku tidak begitu jauh, cukup berjalan kaki, aku sudah sampai di sekolah.
Dari kejauhan, aku melihat kedua sahabatku sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
"Salma.. Ayo cepat!! nanti kita bisa terlambat," teriak sahabatku yang sudah tidak sabar menungguku.
Tiwi dan Sofi, mereka adalah teman baik ku dari sejak kecil. Sepertinya takdir menyatakan kami harus berada di sekolah yang sama.
"aku deg-degan nih," kata Tiwi.
"Tenang, kita kan satu kelas wi," jawabku menenangkan Tiwi yang terlihat gelisah.
Kelas A1, itulah kelas kami. Saat kami masuk ke dalam kelas, ternyata sudah penuh dengan siswa-siswi baru. Kami pun segera mencari tempat duduk yang masih kosong. Syukurlah masih ada tempat duduk untuk kami.
Bu Tuti, adalah wali kelas kami. Sepertinya bu Tuti ini orangnya baik. Terlihat dari gaya bicaranya, bu Tuti memiliki sifat keibuan.
"Hari ini tidak ada pelajaran ya, kita semua akan melakukan perkenalan," kata bu Tuti.
Satu per satu mengenalkan diri di depan kelas. Tiwi terlihat gemetaran saat berada di depan anak-anak. Sahabatku yang satu ini memang sangat pemalu. Lalu giliran Sofi, memperkenalkan diri dengan gaya centilnya. Berbeda dengan aku yang berkarakter kalem tapi tidak pemalu seperti Tiwi. Setelah aku selesai memperkenalkan diri, tiba-tiba ada seorang siswa datang dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Assalamualaikum," sapanya dari depan pintu kelas.
"Waalaikumsalam,"jawab bu Tuti.
"Maaf bu, saya terlambat,"jelasnya dengan nada menyesal.
"Iya tidak apa-apa, tapi lain kali jangan kamu ulangi.. Ayo perkenalkan dirimu!! " kata bu Tuti dengan tegas.
"Baik bu," jawabnya sambil membungkuk.
Namanya Indra Wijaya. Saat Indra melakukan perkenalan di depan kelas, Tiwi tertawa sendiri. Tawanya menandakan ejekan pada Indra.
"Ko kamu malah tertawa sih wi..? Tanyaku penasaran.
"Iya, habisnya sepupu aku itu lucu," ucap Tiwi yang terlihat sangat puas.
"oh itu sepupu kamu wi? "kata sofi.
"Iya, jangan naksir ya.. Dia orangnya aneh tau, "balas Tiwi.
"Kalo naksir gimana wi? "kata sofi yang mencoba merayu.
"Jangan!! Aku bilang dia itu aneh," tegas Tiwi.
"Aneh? Apa maksud Tiwi ya? " kataku dalam hati.
Hari pertama sekolah memang selalu mengesankan. Besok aku akan mulai menjalani hari-hari disekolah dengan teman baruku. Termasuk Indra sepupu Tiwi.

****
Setiap hari Jum'at semua siswa-siswi harus mengikuti kegiatan pramuka dan ekstrakulikuler. Ternyata aku dan Indra mengikuti ekstrakulikuler yang sama. Aku sangat senang melukis, itulah alasanku masuk grup kesenian.
"Loh Salma ikut grup kesenian juga? " tanya indra. Aku baru sadar ternyata indra duduk disebelahku.
"Iya ndra, "jawabku.
"Kamu suka melukis ya Sal ? "
"Iya ndra, ko kamu bisa tau? "tanyaku
"Tau dong," jawab indra.
"Trus kamu sendiri kenapa masuk grup kesenian? " tanyaku penasaran.
"Kamu penasaran ya? "jawabnya dengan nada meledek.
"Tidak tuh, aku hanya bertanya saja ko, " balasku sambil tersenyum malu.
Ternyata indra orangnya baik. Dia supel dan suka humor. Tidak ada yang aneh seperti yang dikatakan Tiwi. Aku senang bisa berbincang dengannya.
"Tuh kan malah melamun!! " suara Indra membuyarkan lamunan ku. Lalu aku hanya tersenyum, dan Indra pun membalas senyumku.

Menurutku hari itu begitu menyenangkan. Dalam pikiranku selalu terbayang senyumannya. Benar kata orang, masa SMA adalah masa paling menyenangkan dan masa yang paling indah untuk dikenang. Kini aku merasakan jatuh cinta. Bagaimana tidak jatuh cinta, setelah terjadi percakapan itu, aku dan Indra semakin akrab. Dia selalu menemaniku disaat aku sedang melukis sendirian di kelas. Katanya dia senang melihatku saat melukis. Perkataannya membuat hatiku berdebar-debar.
"Oh Tuhan aku benar-benar jatuh cinta, " kataku dalam hati.

***
Pagi ini langit terlihat begitu cerah. Matahari seolah-olah tersenyum padaku. Tapi salah satu sahabatku tidak terlihat baik hari ini. Wajahnya terlihat gelisah. Seperti ada sesuatu yang dia ingin ungkapkan.
"Kamu kenapa Fi? "tanyaku
"Ah tidak Sal, aku tidak apa-apa ko, " jawabnya dengan lemas.
"Kamu sakit Fi?"tanya Tiwi.
"Tidak, aku sehat Wi... Nanti kita kekantin yu, "kata Sofi.
"Oke, " jawab aku dan Tiwi.
Aku merasa khawatir dengan Sofi. Tapi aku meyakinkan diri bahwa Sofi baik-baik saja.
Waktu istirahat pun tiba. Kami langsung beranjak menuju kantin. Makanan favorit kami adalah bakso. Bakso di kantin sekolah sangat enak. Kata orang bukan hanya kisah cinta yang akan dikenang saat SMA, kita pun akan rindu dengan makanan terenak dikantin sekolah.
Aku masih penasaran dengan Sofi. Mungkin sekarang dia mau mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya.
"Jadi tadi itu kamu kenapa Fi? "
"Iya, kamu kenapa Fi ?" tanya Tiwi yang juga penasaran.
"Sal, Wi... Sebenarnya aku sedang jatuh cinta," Jawab Sofi.
"Kamu jatuh cinta sama siapa Fi? " Tanyaku yang semakin penasaran.
"Aku menyukai Indra Wi..," jawab Sofi malu-malu.
"Apa Fi, kamu suka sama Indra?? " tanyaku untuk memastikan.
"Iya Sal, tapi aku bingung mengungkapkannya, aku sudah membuat surat untuk Indra, "jelas Sofi.
"Sal, kamu punya seseorang yang disukai juga tidak? "tanya Sofi.
"Tidak Sof, "jawabku berbohong.
Aku berbohong pada Sofi. Sebenarnya perasaan ku sama dengan Sofi, bedanya aku tidak mampu untuk mengungkapkannya. Aku pengecut. Aku tidak ingin hubunganku dengan Sofi jadi rusak. Apakah aku harus mengalah untuk sahabatku.

*****

Hari terus berlanjut, kehidupan kami di SMA ini semakin menarik, bertemu pelajaran-pelajaran baru seperti Kimia, PKWU, Bahasa Jerman dll, menantang sekali, lebih rumit dari saat SMP dulu. Oh ya ekstrakurikulernya pun lebih banyak dan masih ada sebagian yang asing bagiku ada KIR yang didominasi anak-anak IPA, ada bermacam klub Olahraga seperti Karate, Basket, Futsal dan Renang yang ramai sekali peminatnya, ada juga klub Seni yang isinya Tari, Lukis, Drama dan Paduan suara.   Tiwi memilih bergabung dengan KIR dan Paduan Suara, Sofi ikut Paskibra dan kemudian mendaftar lukis karena ada Indra di sana, Aku sebenarnya suka sekali melukis tapi sejak Sofi ikut bergabung karena ada Indra, entahlah aku merasa kurang nyaman akhir-akhir ini tiap kali harus berada di antara mereka berdua.

Seharusnya aku tidak begitu, tapi entahlah rasanya Sofi semakin nekat melakukan banyak cara untuk bisa selalu bersama Indra, padahal kami jelas sudah sekelas tapi sepertinya itu belum cukup bagi Sofi.

Seperti siang ini, saat Tiwi mengajakku ke toko buku pada hari minggu nanti, dan Indra mengajukan diri untuk bergabung tiba-tiba Sofi dari bangku belakang ikut bersuara "Aku ikut ya, sekalian mau cari kanvas buat eskul pekan depan, jam berapa?", dan Tiwi pun tak bisa menolak "jam 10 saja biar tidak terlalu siang". Ah padahal aku tahu masih ada kanvas di laci meja Sofi saat aku piket tadi pagi.

Pukul 10.15 kami bertiga sudah tiba di depan toko buku paling terkenal Se-Indonesia itu, aku yang sebenarnya hanya berniat menemani Tiwi akhirnya memutuskan melihat-lihat rak novel, dan Indra kulihat sedang menuju rak komik. Sofi datang 10 menit kemudian saat aku sudah memutuskan membeli sebuah novel islami berjudul "6 Bulan Jadian", dia melihat novel yang kupegang dan berteriak agak keras "Salma, mau jadian sama siapa??", aku yang terkejut dengan kehadiran Sofi plus pertanyaan ekstrim nya itu terdiam beberapa saat,"Ada dehhh, baru datang udah kepo."

"Kepo ke temen sendiri emang dilarang ya? Eh Indra mana?"

"Di rak komik, lah kamu katanya mau nyari kanvas, tuh kanvas mah di bagian alat tulis agak ke pojok kanan."

"Enggak ah, kamu tahu sendiri lah Sal, aku ke sini buat apa", ujar Sofi setengah berbisik.

"Buat spa? Setahu aku mah kamu mau nyari kanvas."

"Ah, polos banget sih, dah ah mau nyusulin Indra dulu".

Ada sebagian hatiku yang tidak terima dan tiba-tiba rasanya sesak, aku bergegas menuju kasir dan keluar menuju foodcourt, ku pesan segelas es teh dan duduk di sana. Tak lama Tiwi mengirim pesan whatsup padaku.

"Dimana? Kok tiba-tiba menghilang?"

"Di foodcourt ni, lagi nyari minuman, haus".

Mereka bertiga menyusul ku ke foodcourt.

"Perasaan Tiwi minta temenin kamu deh Sal, kenapa jadi aku yang nemenin dia?", Indra protes. "Ya gak apa-apa lah, kamu kan juga temennya, saudara nya juga, tiba-tiba aku haus tadi."

Hari itu ditutup dengan makan siang yang seharusnya seru karena Indra mentraktir kami semua, dan Sofi yang selalu membuat joke-joke lucu sepanjang kami makan, tapi tetap awkward bagiku, ahh Tuhan kenapa aku harus suka pada orang yang sama sih dengan Sofi?

*****

Tak terasa, Ujian Semester telah selesai dan hal yang paling ditunggu -tunggu seluruh pelajar di seluruh Dunia sebentar lagi akan tiba. Liburan.

Nilai-nilaiku cukup baik walaupun tidak sebaik Tiwi, tapi aku cukup puas, untuk sebuah permulaan menurutku ini tak jelek setidaknya nilaiku masih lebih besar daripada Sofi.

Ah lagi pula orangtuaku selalu menekankan soal proses yang jauh lebih penting daripada hasil, dan aku menikmati setiap proses itu, aku telah belajar sungguh-sungguh dan sekuat tenaga menekan hasratku untuk membaca novel atau melukis selama 2 bulan ini, dan ya aku tidak kecewa karena telah berusaha.

Liburan tiba, itu artinya aku punya waktu lebih banyak dengan novel-novelku, dengan cat-cat lukisku juga tentunya. Aku sudah tidak mau tahu usaha apa saja yang dilakukan Sofi untuk mendapatkan Indra, karena kulihat Indra sepertinya tidak menyukainya.

Aku pun sudah mulai berdamai dengan hatiku dan mulai bisa mengendalikannya. Sejak aku membaca novel yang kubeli waktu itu aku menjadi ketagihan membaca novel-novel islami yang ternyata isinya seru-seru, pikiranku soal cinta menjadi sedikit terbuka, gambaranku soal pacaran sedikit berubah, bahwa ya jatuh cinta itu normal, tapi Tuhan melarang kita mencintai sesuatu lebih dari mencintaiNya. Jatuh cinta itu fitrah, perasaan itu fitrah, hanya jangan sampai kita mengotori fitrah perasaan itu dengan hal-hal yang Tuhan tidak suka. Ahh, dari novel-novel itu aku sedikit belajar bagaimana mengendalikan perasaan ku pada Indra yang ternyata adalah fitrah, murni, dan suci. Aku masih sering memikirkannya, tapi selalu kucoba alihkan pada hal lain, belajar kelompok bersama Tiwi, memasak bersama Ibu, atau berkumpul berdiskusi dengan anak-anak Rohis di sekolahku walaupun aku belum secara resmi bergabung. Perlahan perasaan itu lebih bisa dikendalikan.

Hari ini hari ke 3 kami libur, ketika tiba-tiba Sofi datang ke rumahku.

"Salma, aku boleh ya sedikit lama di rumah kamu".

"Boleh lah Sof".

Lalu Salma memelukku kencang dan menangis.

"Indra menolakku Sal, setelah semua usaha yang kulakukan untuk menarik perhatiannya, dia menolakku dengan tegas kemarin sore, sambil mengembalikan surat yang kutulis untuknya, dia bilang dia gak punya perasaan padaku, dia tega Sal, aku malu".

"Tak apa Fi, seharusnya kamu lega karena sudah tahu perasaannya, biarlah mungkin dia memang tidak baik bagimu menurut Tuhan".

Sofi masih terisak memelukku.

"Rasanya hancur banget Sal, cape banget aku usaha 6 bulan ini buat dia".

"Indra gak pernah minta kamu usaha kan Fi? sudahlah tidak perlu menyalahkan siapapun, setiap yang terjadi pasti ada hikmah dan pelajaran buat kita".

"Aku bodoh banget ya Sal?"

"Enggak lah, aku sih sebenarnya cukup kagum sama keberanian kamu menunjukkan perasaanmu ke dia, gak semua orang sanggup Fi".

"Itu sih bodoh Sal, buang -buang waktu dan menguras perasaan."

"Udah ah, semuanya bisa jadi pelajaran, semoga dengan kejadian ini kita tambah baik kedepannya  ya Fi".

Setelah 3 jam Sofi curhat dan menangis di kamarku, akhirnya dia lega dan pamit pulang. Sepulangnya Sofi, aku termenung hebat di kamar, apa aku bahagia dengan kenyataan ini? Ada kelegaan di sisi hatiku yang kemudian coba kutepis, apa aku berharap Indra menyukaiku?. Ah aku sudah berjanji pada diriku untuk tak lagi memikirkan soal Indra, biarlah perasaan itu tetap berada dalam fitrahnya, biarkan ia tetap suci dengan penjagaanku. Ahhh ingin menangis rasanya. Dalam keheningan siang itu, ibuku mengetuk pintu kamarku.

"Ada teman kamu tuh."

"Loh bukannya baru pulang bu?"

"Beda lagi, laki-laki, sana temui dulu, tapi jangan lama-lama."

"Ya bu."

Belum selesai ku tata hatiku dengan cerita Sofi, siapa pula yang datang lagi.

Deg.

Kulihat Indra sedang duduk di sofa ruang tamu, dengan kemeja semi formal dan celana rapih, ganteng.

Oh Tuhan, dia mau apa? Ingin rasanya aku balik lagi ke kamar, namun terlambat karena Indra melihatku di balik tirai penyekat ruangan.

"Sal, maaf mengganggu istirahat kamu, aku gak lama kok, cuma mau ngasihin surat ini buat kamu, sudah terlalu lama ada di tasku."

"Surat apa?"

"Surat buat kamu", ujar Indra sambil memberikan amplop putih itu padaku.

"Sudah ya, aku pamit, maaf mengganggu."

*****

Tidak terasa sudah seminggu kami libur, dan besok Senin sudah waktunya kami sekolah kembali.

Malam ini, aku kembali merenungi isi surat dari Indra. Kucoba tegarkan hatiku, aku ingat perkataan seorang ustad di TV pagi tadi katanya Allah akan menguji seorang hamba pada titik terlemah sang hamba, bukan untuk semakin melemahkannya tetapi justru untuk melihat seberapa besar keimanannya dan seberapa tinggi derajatnya di hadapan Allah. Seseorang yang lemah dalam harta akan Allah uji dengan kekayaan atau kemiskinan untuk melihat sebesar apa kecintaannya pada Allah, seseorang yang lemah dalam menahan emosi, maka Allah akan uji dengan meng-skenariokan banyak hal yang menguji emosinya. Seseorang yang lemah dalam menahan pandangan, maka Allah akan uji dengan mengirimnya banyak pemandangan yang haram baginya, begitu pun yang lemah dalam menjaga perkataan, Allah akan uji dengan hal yang memicu lisannya. Semuanya Allah uji dengan hal yang berbeda-beda namun dengan satu tujuan, yaitu melihat siapa yang tetap beriman dan siapa yang melanggar.

Ahhhh Tuhan tahu sekali kelemahanku, anak perempuan yang baru 16 tahun ini.
Kuingat-ingat diskusi ku dengan Wina yang anak Rohis waktu itu, dia bilang kita ini sedang berpuasa, berpuasa dari hal-hal yang belum saatnya, jelas aku belum siap untuk menikah jikapun Indra menyukaiku, Indra? Pasti juga belum siap untuk menikah, sedangkan muara terbaik dari semua perasaan ini adalah menikah.

Wina bilang kita semua sedang berpuasa, Wina bilang suatu saat nanti kita akan berbuka, akan menikah, dan waktu berbuka itu akan terasa sangat indah, sangat nikmat manakala kita berhasil menahan segala hal yang membatalkan puasa kita, tapi jika sebelum waktu berbuka kita tak sabar dan mencoba mencicip-cicip hidangan yang belum halal karena belum saatnya, maka puasa kita akan batal, sehingga kenikmatan berbuka itu mustahil bisa kita rasakan. Ya Tuhan, beri aku kekuatan agar bisa berpuasa sampai waktunya berbuka. Aamiin 

Ku matikan lampu kamarku, Bismillah, rasanya aku sudah punya jawaban untuk besok.

Kalian tahu kan apa jawabanku? 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar