Ide tulisan ini berawal dari kekesalan saya terhadap adik laki-laki saya , tsabit khairul auni kelas lima es de
setiap disuruh les bahasa inggris selalu males-malesan, sampai suatu hari ketika ia tak kunjung pulang dari bermain sedangkn ia harus les, aku kirim pesan ke hp nya
bit, cepet pulang , kan mau les bahasa inggris
ahh gak mau", balasnya
emangnya abit gak pengen jago bahasa inggris?
bisa keluar negeri beasiswa
enggak...
kekesalanku mulai naik
kalau kamu gak mau bisa bahasa inggris, oke gak pa pa
tapi ibu mu, ayah mu, kakak2 mu, mau anak dan adiknya jago bahasa inggris
mau kamu gak main terus, mau kamu punya waktu di rumah, mau kamu rajin ngaji, mau kamu jadi anak soleh, mau kamu sukses dunia akhirat, gak peduli kamu mau atau tidak.
agak ngotot juga ya bahasa saya,...;)
tapi itu tidak benar2 saya sampaikan ke dia, hanya ngegendok di dalam hati saja
setelah kekesalan saya mereda, saya baru menyadari satu hal
bukan tuntutan saya kepada adik saya yang terlalu dramatis
tapi penyadaran, bahwa diri kita bukan milik kita saja
paham gak?
diri kita bukan milik kita saja
ada hak orang tua, hak kakak/adik, hak suami/istri, hak anak, hak tetangga, dan pasti hak Allah atas diri ini
jadi kalau selama ini saya melakukan sesuatu atas dasar saya menginginkannya, itu baru memenuhi hak diri saya sendiri, belum tentu sudah menunaikan hak orangtua saya atas saya, atau bahkan hak Allah atas diri saya.
jadi kalau selama ini saya tidak melakukan sesuatu atas dasar saya tidak menginginkannya
bisa jadi apa yang saya lakukan merusak hak orang lain atas diri saya
saya tidak ingin diimunisasi ketika bayi
tapi ibu saya ingin saya sehat sehingga saya harus diimunisasi
saya tidak ingin berlelah-lelah les semua mata pelajaran dari smp-sma
tapi ayah saya ingin saya tidak ketinggalan pelajaran sehingga saya harus menjalani hal itu
saya tidak ingin berbagi kamar dengan adik perempuan saya
tapi adik saya butuh kama sehingga saya harus berbagi
saya tidak ingin, sangat malas untuk solat lima waktu atau puasa sebulan penuh
tapi Allah, pencipta saya ingin saya melakukan itu sehingga saya harus melakukan itu
atau saya tidak ingin hidup dengan thalasemia
tapi Allah menakdirkan saya untuk menjalaninya
apakah kemudian saya dirugikan karena keinginan-keinginan orang lain atas diri saya?
sejauh ini, mereka yang menginginkan saya melakukan ini dan itu terbukti adalah orang-orang yang paling menyangi saya di dunia ini, yang terdepan membela saya, yang duluan menghibur saya dan saya tak pernah rugi ternyata. saya tidak rugi karena harus diimunisasi, saya tidak rugi karena dengan les saya bisa juara kelas, saya tidak rugi harus berbagi kamar dengana adik saya karena tiap malam tak perlu khawatir ketika mimpi buruk menyerang.
saya tak harus menjadi orang lain atau sosok lain
saya masih saya yang menjadi diri saya sendiri
tentu sebagai sosok yang dicintai banyak orang dan membahagiakan banyak orang juga
tak apa mengorbankan keinginan pribadi, demi hak orang yang kita sayang atas diri kita
insya allah membuat bahagia ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar