senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Jumat, 02 Desember 2016

Cerita sedikit soal pernikahan

Setelah error beberapa jam, alhamdulillah hp nya sembuh lagi. Deadline tulisan 1 jam lagi. Nanya suami yg masih di jalan pulang aksi 212, ay aku nulis apa ya? Dia bilang nulis tentang dia aja katanya. Hahaha narsis juga :p
Akhirnya malah inget hari kemaren, saat aku manyun dari subuh sampai dzhuhur menjelang keberangkatannya ke jakarta.
Kecewa . . .
Rasanya pengen protes tapi gak punya alasan yang cukup kuat.
Aku sudah berniat akan ikut aksi 212 sejak sepekan yang lalu. Tapi di subuh kamis kemarin suami  tiba-tiba melarang dengan banyak alasan. Manyun lah aku dr subuh sampai dzuhur.
Sekeras kepala apapun aku, aku paham, ridho suami itu no 1. Akhirnya aku menurut dg hati yg belum sepenuhnya menerima.
Aku perempuan, lahir sebagai anak pertama, yg sejak mengenal sekolah orangtua mendidik dg banyak larangan terutama untuk aktivitas outdoor. Entah bagaimana, justru didikan itu membentukku menjadi seseorang yg keras kepala dan teguh pendirian untuk melawan. *hm durhaka
Aku berani melakukan hal-hal apapun sendiri. Ayah bilang aku anaknya yg ternekat.
Berkendara dengan kecepatan di atas rata-rata, pergi ke tempat jauh, atau melakukan hal-hal konyol sendirian.
Dan ternyata, menikah bagi perempuan sepertiku memberikan banyak pelajaran tentang melembutkan isi kepala.
Hal ter"huffftttt" banget setelah menikah adalah, saat aku dipaksa untuk belajar bergantung pada orang lain. Yap pada suami, apalagi di momen hamil. Dan hal ter"hufffttttt" selanjutnya adalah, Oh Tuhan, aku akhirnya benar-benar bergantung banget sama doi meskipun udah ga hamil, huuffftttt. Hmm okey, I am happy and need him more.
Aku selalu bilang sama yg berencana nikah dalam waktu dekat. Mungkin terdengar sinis dan negatif. Hihihi tp biarin aja, biar kalian mempersiapkan hati untuk hal2 ini.
Nikah tu gak seindah yang dibayangkan oleh orang yang belum pernah menikah.
Jadi nis kamu gak bahagia??
NO, bukan itu. Siapa yang gak bahagia saat kita muak, bosan, lelah, kemudian ada orang yg bisa kamu peluk dan dengerin semua hal yg pengen kamu ceritakan. Itu moment yg sesuatu bangetlah belum kenyataan bahwa malaikat mencatat pahalanya dan ikut mendoakan. Manis sekali.
Tapi bukan itu. Nikah gak cuma soal itu.
Ya seperti hal pertama yg aku ceritakan tadi. Dalam nikah ada seni mengalah. Ada kewajiban untuk taat bagi istri. Ada kewajiban memimpin, memberi teladan, mengayomi, menafkahi, dan masih banyak lagi kewajiban bagi suami.
Istri cuma perlu satu kata untuk syurgaNya. Taat.
Urusan taat bukan urusan sederhana. Maka satu hal untuk perempuan, pastikan taat mu pada orang yg tepat.
Karena lebih dari setengah jatah hidupmu digunakan untuk taat pada orang itu.
Mungkin,
Bukan tentang ia yang jago basket, atau tentang ia yang hebat orasi, atau yang piawai nulis puisi, atau yang beasiswa di luar negeri, atau yang penghasilannya mmm isi sendiri.
Bukan . . .
Mungkin kita hanya perlu satu kalimat sederhana untuk mendefenisikannya.
Kita butuh ia yang ibunya ia sayangi, dan Tuhannya ia patuhi.
Cukup itu saja. . .
Cirinya apa nis?
Banyak.
Katakan satu saja.
Mmm, PANDANGANNYA TERJAGA.







Alhamdulillah 21.55
Menanti lelakiku pulang. Semoga lancar selamat sampai di rumah. aamiin.
#Day2
#30DWC
#30DaysWritingChallange

3 komentar: