senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Rabu, 21 Agustus 2013

Jodohku ...

JODOH KUUUUWWW (*lagu Anang)

Ngomongin tema ini agak-agak riskan gimanaaa gituuh, secara yang nulis belum nikah, belum merencanakan menikah dalam waktu dekat, belum siap nikah, dan belum memikirkan nikah (yang ini bohong, hehe), tapi baiklah nampaknya sore yang hujan ini membawa ide tulisan tentang topic ini, biarlah, kan ku tanggung semua resiko karena nulis tema ini *halaaah lebay, resiko apa gituh? Yaaa resiko dibilang lagi galau, dibilang pengen kawin, atau mungkin dibilang futur karna nulis hal “remeh” macam begini, tapiiii ya sudahlah biar kutanggung sendiri *tsaaahhh :p  (sebaik-baik penilai adalah Allah, whatever people said).

Umur segini (yaaa sekitaran 22 lebih dikit) emang banyak banget orang yang ngajak berantem *hehe (maksudnya ngajak ngobrol masalah pernikahan), dari mulai temen dekat, temen jauh, sodara dekat, sodara jauh, keluarga kecil, keluarga besar, sampe guru spiritual *ehemmm, ya gimana lagi negara juga bilang perempuan menikah itu batas usianya adalah 21 (berarti uda lulus tuh) jadi mau gak mau pasti selalu terlibat percakapan/diskusi mengenai hal ini, yang akhirnya suka gak suka akhirnya kepikiran juga :p.

Hmm baiklah, langsung pada ide cerita, hehe.
Suatu hari sahabatku cerita (untuk kesekian kalinya dengan topik yang sama). What must I do ?    asked her | about what? | About him, man who asked me to marry with him| wuwww 0_o I don’t know, hehe | haruskah kali ini aku cerita pada MR ku? | may be >_^ hehe, tampaknya ini sudah sangat mengganggu, tell her dear | ok .

Loh kok bisa sih seorang akhwat ditaksir orang?
Hah 0_o , pertanyaan gue, kenapa gak bisa? Lah wong akhwat juga perempuan kok, udah cantik, imut, lucu, pinter, saliha lagi *tssssaaaahhhh  #songong hehe ^.^v

Aaahhh itu sih akhwatnya aja gak bisa jaga izzah dan iffah serta marwah, gagal tuhh hijabnya…
Waduhhh, kalo itu waallahualam ya, gak bisa kita men-judge sodara sendiri, ada begitu banyak hal yang bisa bikin laki-laki naksir, dan ada sangat banyak factor dari luar sang akhwat (curhat lo nis? Enggak sharing cerita temen aja :p :D) misalnya, ada kan tu kisah preman naksir akhwat gara2 tu akhwat solehah banget dan bikin dia adem (nah, salah tu akhwat apa coba?) ada juga kan tu karna si akhwat pinter di kelas dan sering jadi tutor buat temen sekelas jadilah ditaksir, atauuuu hmm yeaaah sisa-sisa peninggalan masa kelam (old friend before we “changed”), ya intinya ada banyak sebab mengapa sampai begitu.
Aku pikir ada banyak pengalaman serupa diluar sana yang dialami akhwat-akhwat usia > 20, diajak menikah oleh seorang atau beberapa laki-laki non tarbiyah. Akhwat yang punya prinsip hidup jelas, okelah fine, bisa mengatur hati, teguh pada visi misi, mengajukan syarat (jika hanif), atau menolak (jika, jauuuuuuh gituh, hhe), nah yang belum punya prinsip hidup jelas? Atau yg uda pake hati terlalu dalam? Atau yg kena “gombal”? atauuuuu yang “proposal”nya tak kunjung mendapat sambutan? Yaaaa…. Ya gimana ya…. (ya Allah, aku berlindung padaMu dari keburukan hati dan syahwatku, dari ketidak yakinanku, dari semua hal yg jauh dari tuntunanMu).

Trus, ngapain kamu nulis judul begitu?
Judul mana? Yang di atas?
Iya… :p
ya karenaaaa……

Tiba-tiba 2 pekan yang lalu someone asked me… haha *aneh, kaget, istigfar (Allah…. Salah gue apa??? *lebay) mulai koreksi diri, yaaa gimanapun aku percaya sama hukum 3 Newton , no reaksi if no aksi, and if his reaction is thattt…. Sooo what’s my actioned before? Sempet dibikin geleng2, muter2, riweuh2, O God…how it can be? And yes, I got the point. He’s my old friend, he didn’t know how  am I now (English ngaco). No hurt feeling, no “something” feeling, I am on normal condition, on objective prespective (haduh ie english). 

My “ego” is I really wanna get (ku ingin diaaaa yg sempurna, untuk diriku yg biasa) yes, sempurna versi ku itu ya intinya dia ada di marhalah yang lebih tinggi, because I am a korelis sanguin, stubborn, untidy, unruly, hmm yeah belum terorganisir lah, dan berharap dapet yg bisa ngebimbing (haduh curhat hushhh) tapi di sisi lain, oke, kamu harus adil, bukankah tak sedikit akhwat yang berhasil menjadi jalan hidayah buat laki2 yg jadi suaminya yang akhirnya bisa sama-sama membangun dan memperluas ekspansi jaringan dakwah, asal dia mau ikutin syarat dan ketentuan yang berlaku *ini undian atau obat?, hehe.

Oke baiklah, akhirnya berbekal curhat sama seseorang yg berpengalaman, didapat kesimpulan bahwa, “kamu gak boleh nolak orang yang mau berbenah, mau berubah, mau gabung dalam tarbiyah, cuma gara-gara ingin enaknya kamu (dapetin paket komplit), kalau dia bersedia ikuti rule, maka ya terimalah…” (disini uda was-was), oh Allah…inikah takdirku? Ok fine.
Dan akhirnya aku ngajuin beberapa syarat dan nyantumin salah satu surat pembaca yang isinya bisakah seorang non ikhwan menikahi seorang akhwat? Di situ ustadzahnya menjawab dengan sangat lengkap, langkah apa yang harus si ikhwan lakukan, apa konsekuensinya, bagaimana menjaga perasaan sang akhwat, bagaimana cara mengimbangi tarbiyah sang akhwat yg sudah lama, bagaimana kewajiban dia sebagai imam untuk berada dalam posisi pembimbing, pokonya lengkap deh, mudah2han suatu saat bisa aku posting di sini. Aku kirimlah itu semua untuk dibaca dan direnungkan olehnya *sesuai petunjuk ahli, bahwa jika sungguh2 maka dia akan menyanggupi semua syarat, dan jika dia ragu (kebanyakan laki2 itu gak mau diatur-atur) maka dia akan mundur dengan sendirinya.

Dan akhirnya dia menjawab bahwa, syaratku berat, ternyata konsekuensinya banyak, dia tidak siap atau tepatnya belum siap, dia bilang aku terlalu “special” (nasi goreng kali yak). Ya sudah, aku jawab, bahwa yesss, I have vision and mission for my life, dunia dan akhirat, every one can be nice to be friend, but nor to be life partner, terimakasih sudah berani mengakui “ketidak siapan” nya. Knapa aku bilang terima kasih? Karena ada akhwat lain yang dapet jawaban sangat tidak enak, seperti: “ahhh kamu banyak alasan, banyak sarat, hidup kok ribet, sok suci” (waduuuhh dia yg gak siap kok kita yg dimarahin). Syukurlah yang ini tidak begitu.

Alhamdulillah kelar juga tu masalah satu, aku pikir ibrohnya banyak, bahwa setiap akhwat harus tau bagaimana dia harus bersikap ketika mengalami kasus begitu, seorang akhwat, dalam keadaan siap atau belum siap menikah (lah wong kebanyakan yg dapet kasus begini itu yang belum siap menikah)  setidaknya dia harus sudah punya visi misi hidup kedepan, visi misi dunia akhirat yg membuat dia harus mempunyai standar tersendiri untuk calon partner hidupnya, ini bukan masalah pilih-pilih, karena memang kita berhak dan wajib memilih, bukan juga soal sombong mentang2 akhwat, tapi justru karna sadar diri kita lemah makanya perlu orang yang bisa diajak buat saling menguatkan, bukan juga soal ekslusif karna kalau ekslusif dan ngedepanin ego ya uda gak perlu pake syarat langsung tolak aja, ini murni demi hidup kita kedepannya mau dibawa kemana (lagu lagiii).

Masalah ikhwan/non ikhwan, gak masalah, meskipun inginnya adalah paket komplet yg "rule" hidupnya sama dg kita, tp sprt kt ssorg, kita harus adil, mau ikhwan/bukan mau sudah soleh atau belum asal dia mau berupaya terus memperbaiki diri (karna kita pun belum baik) dan mau open mind tentang "rule" hidup yg kita inginkan maka tak ada alasan untuk menolak sekalipun ia non ikhwan atau preman sekalipun

Masalahnya adalah, sudah kita sampaikankah "rule" hidup kita padanya? Bagaimana tanggapannya, apa reaksinya, siapkah ia beristri yg bisa jadi sibuk dr halaqoh satu ke halaqoh yg lain, siapkah ia beristri yg slalu bersemangat dg seruan aksi, siapkah ia beristri yg tidak hanya memikirkan urusan domestik keluarganya?

Jika ia siap, tidak melarang, bahkan siap menjadi suporter terhebat, tak ada alasan untuk menolak (ada banyak cth kok yg menikah dg non ikhwan dan tetap luar biasa dan banyak jg cth sesama kader yg jadi keder)

Bukan tentang soleh/tidak, hanya ingin tau, bisa kah kita seirama nantinya...


Trus gimana kalo ntar jodohnya jadi telat? Proposal tak kunjung berlanjut dan tak ada laki2 hanif yang bersedia mengikuti rule tarbiyah? Oh God… jujur gak kepikiran sampe sana, huffh. Aku pikir jodoh itu sama kayak mati, hukumnya sama-sama pasti *cieee :p, ya iya lah rasanya kok kayak gak yakin gitu sama Allah, gak percaya gitu kalo dua bulan lagi Allah bakalan ngirim pangeran berkuda putih *haseek ngayal, aamiin dah :D , kok ragu sih sama Allah? Insya allah, jodoh akan datang diwaktu terbaik dengan dia yang terbaik.

ahhh itu sih karna umurmu baru 22 blum dipaksa ditekan2 dengan umur yang makin banyak -_- , Oh God semoga keyakinan ini terus tebal hingga “doi” datang, aamiin. Logika nya gini, masak iya sih gara-gara umur, gara-gara gak ada lagi, kita pilih dia siapapun yang datang? Hmm hidup seorang kader dakwah, musti punya visi misi yang jelas dan aku sih lebih senang memilih untuk tidak memikirkan “jodoh telat” , lebih focus sama minta aja ke Allah, Allah…aku ingin genapkan agamaMu, sempurnakan Ibadahku, maka beri aku satu saja, gak perlu dua atau lebih *yaiyalah maruk banget :p, satu saja seorang laki2 yang juga mencintaiMu, yang memiliki keinginan sama denganku yaitu membangun sebuah keluarga pelanjut estafeta dakwah Rasulullah, yang mencintai Engkau dan agama ini diatas segala-galanya, yang siap berjuang meraih syurgaMu, aamiin (mosok sih Allah gak ngabulin keinginan semulia ini?? *positive thinking husnuzon sama Allah).

Ahhh jadi bingung mau nulis apalagi, yang jelas ada begitu banyak pilihan dalam hidup, jangan pilih yang engkau suka, biarkan Allah menjadi patokan atas perasaan “suka”mu. Ketika memutuskan sesuatu ask your heart kira-kira, Allah suka tidak? *kata AaGym.

Semoga aku, kamu, dan kita semua mampu senantiasa membersihkan hati, agar petunjuk dan hidayah dari Allah mudah terbaca, mudah terdeteksi, dan mudah diikuti. Dan semoga Allah tak biarkan hati para pengusung dakwah ini terlalu lama galau dalam hal2 remeh temeh macem begini, dan  semoga ia datang tak lama lagi, aamiin
Waallahualam
  

6 komentar:

  1. Yang gue banget uukh..

    "seseorang yang proposalnya tak kunjung dapat follow-up"

    "jodoh itu seperti kematian : semuanya pasti dapat giliran"

    Love you uukh..

    BalasHapus
  2. semua dapet ujian berbeda ya ukh ^_^ *postingan ane sebelumnya, hihi kebanyakan curhat, geleuh pas dibaca ulang tehh, hehhe tapi semoga ada manfaatnya

    love you too, sepenuh hati....

    BalasHapus
  3. non ikhwan ??? cewe gitu maksudnya ? hehe
    setau saya di kamus bahsa arab ikwan = laki-laki, akhwat = perempuan.

    kalau non ikhwan ??

    BalasHapus
  4. hmm iya ya, hihihi ada kesalahan bahasa nih, afwan-afwan
    penyempitan makna, ikhwan dan akhwat (lebih identik dengan perempuan dan laki-laki yang tertarbiyah) egois banget yaa memonopoli bahasa, hihihi
    afwan-afwan

    BalasHapus
  5. Mbak, bs minta tlg sy dikirimin ulasan ustadzah yg kasih k pria calon mbak yg ternyata blm siap itu? (Ribet amat y bahasa sy, hehe)
    Jazakillah khoir sblmnya mbak.

    BalasHapus
  6. afwan ukhti yuri, ane baru buka2 blog lagi, ini ulasan dari teh Inna Mutmainnah *bukan ustadzah ane :)

    http://awie-doank.blogspot.com/2007/07/saat-non-ikhwan-harapkan-akhwat.html

    BalasHapus