senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Senin, 27 Januari 2014

JIKA ISTRIMU AKU

Ku tuliskan ini hanya ingin agar kita saling memahami, karena terkadang ada hal-hal yang sulit dikatakan, dan mungkin lebih nyaman jika ku tuliskan. Mengapa? Karna ketika menulis aku bisa memilih-milih kata terbaik yang akan aku tuliskan, sedangkan perkataan langsung terkadang sulit aku kendalikan, hm ya, meskipun suatu saat akan sering kau temukan ekspresi langsung ku yang kadang-kadang bisa mengejutkan atau kau tertawakan ;)

Judulnya adalah jika istrimu “aku”, aku sengaja tak menuliskan secara jelas. Siapa “aku”. Karna “aku”  punya banyak defenisi dan sifat yang menyertai dibelakangnya. Tapi tenang…, aku hanya ingin terdefenisi satu di hatimu, istri terbaik dan ibu terhebat ;)

Baiklah, kuceritakan semua padamu, sebelum menikah denganmu aku adalah seorang pendidik di sebuah
yayasan pendidikan islam, background pendidikanku adalah pendidikan fisika. Hmm ya, guru fisika, tapi aku lebih suka disebut “pendidik”. Karna untuk beberapa keadaan kadang aku harus mengajar yang tidak sesuai dengan background pendidikanku. Kadang-kadang akupun menjadi relawan di sebuah PAUD di kelurahan ku, makanya aku lebih suka disebut “pendidik” :) . Sebelum menikah denganmu aku pun adalah seorang pedagang, pedagang apa? Apa saja yang mampu aku jual, saat ini aku adalah pedagang pembalut dan obat herbal, karna sebenarnya akupun sangat ingin menjadi pengusaha. Sebelum menikah denganmu, aku pun adalah seorang aktivis dakwah, aku punya lebih dari 3 kelompok binaan, yang terbanyak aku pernah punya 6 kelompok binaan dan 1 kelompok pengajian remaja bulanan dan tentu saja ditambah satu kelompok-ku sendiri. Hari-hari sebelum bersamamu adalah hari-hari yang cukup padat. Aku mengajar dari senin-jum’at, untuk beberapa hari di hari itu sepulang sekolah aku masih harus membina beberapa kelompok binaanku, kadang juga harus bersilaturahim mengantarkan pesanan dagangan atau menghadiri rapat. Tapi aku sengaja menyisakan sabtu minggu untuk keluarga, karena sebelum menikah denganmu aku berusaha menyeimbangkan peranku di luar dan di rumah sebagai wujud baktiku pada orangtua, karena aku sadar, hanya saat inilah waktu ku bersama mereka, sebelum engkau menjemputku tentu saja ;)
Amanahku sebagai guru fisika, terkadang membuatku harus tidur larut untuk menyelesaikan tugas-tugas administrasi guru, mengoreksi tugas anak atau sekedar mempersiapkan bahan ajar. Amanahku sebagai aktivis dakwahpun terkadang mengharuskanku memikirkan beberapa proposal kegiatan, sibuk berlari dari syuro satu ke syuro yang lain. Memiliki kelompok binaan lebih dari 3 pun kadang menjadi beban, beban ruhiyah yang harus selalu baik, tilawah yang harus selalu cukup, hafalan yang harus selalu ditambah, membaca buku yang harus dipersering, dan penjagaan “mood” agar selalu terlihat happy. Untuk pekerjaan sampinganku sebagai pedagang, inipun terkadang membuatku uring-uringan sendiri, saat omset turun, modal belum kembali, dll. Hari sabtu dan minggu yang ku jadwalkan milik keluargaku pun terkadang harus aku korbankan, untuk rapat atau urusan dagangan.

Itulah gambaran aktifitasku sebelum bersamamu. Kini saat aku telah menjadi makmum mu, akan aku patuhi semua arahanmu, tentu saja aku yakin arahanmu selalu tidak bertentangan dengan allah :)

Aku bertekad ketika aku menikah dengamu, aku akan turut pada maumu, aku sangat bahagia dengan
peranku sebagai pendidik, aku bahagia melihat senyum siswa-siswaku, aku bahagia menularkan semangat dan ilmu ku pada mereka, aku bahagia bisa memasukkan nilai-nilai islam juga nilai-nilai kehidupan pada benak mereka, aku bahagia manakala mereka berhasil melakukan suatu percobaan atau memenangkan olimpiade. Aku bahagia menjadi seorang pendidik. Bahkan aku sangat ingin menambah ilmuku dengan melanjutkan kuliah jika ada kesempatan. Tapi… dari semua kebahagianku menjadi pendidik, sejujurnya aku lebih bahagia menjadi istri terbaik bagimu. Aku sudah bertekad, jika kau tak ijinkan aku untuk bekerja di luar sebagai pendidik, dan lebih menginginkan aku ada di rumah fulltime menjadi pendidik bagi anak-anak kita, maka akan aku turuti harapanmu. Karna ridho Allah ada pada ridhomu. Tapi jika tetap kau ijinkan aku menjadi seorang pendidik, aku akan tetap jalankan peranku sebagai istri terbaik dan ibu terhebat, akan aku usahakan untuk selalu membuatkan sarapan untuk keluarga kita, akan aku perjuangkan untuk pulang ke rumah paling tidak berbarengan dengan kepulangan anak kita. Akan aku siapkan kenyamanan rumah menyambutmu pulang kerja. Aku tau pasti tidak mudah, mungkin terkadang aku lelah, mengeluh, dan menjadi sangat cerewet. Saat malam dan semua telah selesai untuk hari itu, aku akan sering membutuhkan pelukan, pengertian, dan suntikan motivasi darimu. Dan kita bisa saling menguatkan kembali.

Untuk aktifitasku sebagai pedagang, ketahuilah aku hanya ingin berharta lebih untuk bisa memberikan lebih bagi sekitar, tapi sekali lagi, jika aktifitas ini tidak kau ijinkan, aku akan ikuti harapanmu. Aku tau mungkin saat itu kau tak ingin istrimu berlelah-lelah mencari uang, aku hanya berdoa semoga saat itu kau mampu mencukupi kebutuhan kita sekeluarga dan mampu memberikan sebagian rizki untuk yang membutuhkan. :)

Namun untuk aktifitasku sebagai aktifis dakwah, aku mohon dengan sangat untuk tidak melarang aktifitasku yang satu ini, ijinkan aku untuk tetap mengikuti halaqoh2 dzikir, dan membina beberapa kelompok binaan, mungkin tidak akan sebanyak dulu, mungkin satu atau dua saja cukup, agar aku tetap bisa menstabilkan imanku, agar aku tetap bisa menjadi istri yang soleha untukmu, menjadi ibu yang  dekat dengan Allah, menjadi ibu yang bisa mendidik anak-anak kita kelak menjadi soleh/soleha. Dan tentu untuk yang satu ini, kau juga harus tetap istiqomah. Aku senang jika kau punya kelompok binaan yang mungkin lebih banyak dari ku.  Aku akan ikut bersamamu menyusun program2 untuk perbaikan umat di rt/rw kita atau sekedar mengingatkanmu mengisi pengajian di mesjid depan rumah. Pokoknya untuk yang satu ini, kita harus berjanji satu sama lain saling mengingatkan, saling menguatkan. Bukankah kita ingat visi misi awal pernikahan kita??
"Membangun keluarga islami penerus estapeta perjuangan dakwah Rasulullah saw dengan senantiasa saling menguatkan, memotivasi, mengingatkan dengan cara yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kontribusi yang optimal untuk dakwah dan kemenangan islam.”
Jika istrimu seorang “aku”

Kau hanya perlu mengarahkan hidupku agar seiring dengan langkahmu sehingga bisa bersama-sama melangkah menuju syurga ^_^

Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar