senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Jumat, 30 Desember 2016

Kita denganNya bukan kita dengannya.

Manusia beragam, bermacam-macam. Lahir dari orangtua, lingkungan, dan didikan yang berbeda, wajar jika karakternya pun berbeda-beda.

Ada orang yang kita ngerasa ni orang baiknya dan sabarnya kebangetan. Terlalu baik yang bikin kita gregetan saat dia dimanfaatkan orang lain.

Ada juga orang yang kadang kita sampai hati buat bilang "duh kok ada ya orang yang begitu, yang begitu orang apa bukan?"  Untuk menggambarkan betapa ajaibnya seseorang.

Iya kita berbeda. Tapi kita juga sama. Sama-sama manusia. *ya iyalaaahhh :p

Mau bahas apa sih nis sebenernya?

Hehehe apa ya, bingung mengawalinya.

Jadi gini kita pasti pernah lah ya kesel sama seseorang. Pernah juga kecewa. Pernah juga marah. Pernah juga kita yang mengecewakan, kita yang ngeselin, kita yang dimarahin.

Namanya juga hidup kan ya.

Yang aneh ya ada, yang ajaib banyak, yang baik juga banyak.

Masalahnya mau milih jadi yang mana aja.

Tapi ada loh orang yang woles aja gitu. Mau dia ditindas, dikecewakan, diintimidasi, atau mungkin orang luar melihat dia sebagai seseorang yang kasian banget gitu mau-maunya diperlakukan seperti itu.

Pernah gak?

Atau pernah gak ketemu orang yang sabaaaaarrrrrr bangeeet.

Pernah lah ya.

Pertanyaannya kemudian. Kok bisa ya setiap orang memiliki respon yang berbeda untuk perlakuan yang sama? 

Saya sih pengen berguru gitu sama mereka-mereka yang keren yang disebut di atas. Hehe.

Hingga suatu sore saya membaca sebuah kalimat dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2, kalimatnya bikin saya bangun dan pengen nyatet gede-gede di dinding kamar dan setiap sudut rumah. Hehe lebay nya saya.

Kalimatnya gini:

"Menghadaplah kepada Allah dengan hati luluh. Hindarkan dirimu dari sikap ujun dan angkuh. Pergaulilah manusia yang jahat dengan baik, KARENA PADA HAKIKATNYA KAMU SEDANG BERMUAMALAH DENGAN ALLAH YANG MAHA BESAR. Ulurkan tanganmu kepada orang-orang fakir dengan sesuatu yang dikaruniakan Allah kepadamu. Lalu bayangkanlah, bahwa Allah-lah yang pertama kali menerima pemberian itu, sebagaimana dituturkan dalam berbagai ayat Al Qur'an dan hadits Nabi. KELAK HATIMU AKAN MERASA SANGAT SENANG DAN BAHAGIA KARENA ALLAH."

Wasiat dari Habib Hasan Al Bahr yang dikutip Habiburrahman El Shirazy dalam Ayat-ayat cinta 2 ini membuat saya beberapa kali harus mengulang-ulang membacanya pelan-pelan.

Kalimat itu menyadarkan saya banyak hal. Apapun muamalah hubungan kita dengan manusia, sejatinya kita tidak sedang bermuamalah dengan manusia, tetapi dengan Allah. Inilah makna Lillah yang sebenarnya. Karena Allah dan untuk Allah.

Kita baik ke temen bukan untuk temen itu bukan juga untuk kita, tapi untuk Allah.

Kita memaafkan, mengalah dan berkorban untuk teman kita atau untuk keluarga kita atau untuk pasangan kita, sejatinya dan hakikatnya semua itu untuk Allah. Kita sedang bermuamalah dengan Allah bukan dengan mereka.

Tak heran ada orang yang baiiikkk banget. Sabaaaarrrr bangetttt. Karena mereka udah paham tentang ini.

Seharusnya kita tidak akan pernah merasa rugi telah berbuat baik pada seseorang meskipun orang itu tidak memperlakukan kita dengan sikap yang sama. Mengapa tidak merasa rugi? Karena sejatinya perbuatan baik kita adalah untuk Allah. Dan Allah pasti mencatatnya sebagi sebuah kebaikan.

Seharusnya kita tidak perlu merasa harus perhitungan saat beramal. Karena hakikatnya kita sedang beramal untukNya.

Kalau gini hidup bakalan lebih woles. Karena kita gak bakalan terlalu peduli dengan sikap orang lain kepada kita karena sadar bahwa sebenarnya kita sedang bermumalah dengan Allah bukan dengannya.

Berbuat baik adalah kewajiban kita kepadaNya, dan perbuatan orang lain adalah urusan dia denganNya.

Woles aja . . .

Jangan itungan. Allah gak mungkin salah ngitung.

^^






#Harike29
#30DWC
#30DaysWritingChallange

Tidak ada komentar:

Posting Komentar