senyum

senyum
senyuuuuuum - - - iya kamuuu - - - senyuuuuuum

Senin, 29 Mei 2017

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam”

Aku pernah membaca sebuah tulisan tentang orang Indonesia yang bekerja sebagai salah satu orang terpenting di sebuah perusahaan besar di Arab Saudi.

Terlepas benar atau tidak, menurutku ada sebuah pelajaran hidup yang bisa diambil. Dalam tulisan itu diceritakan bahwa orang Indonesia ini menemukan beberapa fakta menarik soal kebiasaan dan pola pikir orang Arab.

Selama beliau ditugaskan di Arab dia menemukan bahwa ritme kerja orang Arab itu terlalu santai, datang ke kantor siang dan banyak bergurau, bayangkan datang ke kantor pukul 09.00, santai ngobrol kemudiam pukul 11.00 sudah berhenti bekerja dan bersiap shalat Dzuhur, hampir selalu begitu setiap hari. Hingga suatu hari orang Indonesia ini tak tahan, jika seperti ini terus perusahaan akan sulit berkembang, ia bertanya pada pemilik perusahaan, mengapa hal ini dibiarkan? seharusnya perusahaan lebih tegas. Sang pemilik malah tertawa dan berkata "tenanglah dunia tak ada habisnya jika ingin kau kejar, tak perlu terlalu serius. Nah apa kamu tahu mengapa seluruh manusia di sini menghentikan aktifitasnya saat waktu sholat hampir tiba? Kamu lihat para pedagang di pinggir jalan? Tak ada satupun yang khawatir kehilangan pelanggan atau dagangan, mereka serempak tutup saat adzan berkumandang bahkan banyak yang dagangannya dibiarkan berserakan tanpa penjagaan. Apa mereka rugi? Buktinya mereka masih eksis sampai sekarang. Kamu tahu kenapa? Karena kami mendahulukan panggilanNya dibanding panggilan-panggilan dunia. Sehingga IA memudahkan kami dalam urusan dunia. Ini yang disebut dengan berkah saat kita mendahulukanNya di atas ia-ia yang lainnya. Lihat saja negaramu dan bandingkan!"

Orang Indonesia ini menemukan sebuah pelajaran.

Ia membandingkan dengan ritme kerja di Indonesia, pergi subuh pulang petang. Pergi tak bertemu matahari pulangpun kehilangan matahari. Demi apa? Demi bayar cicilan riba tiap bulan.

Berhutang membeli ini itu entah demi apa, kemudian bekerja keras membayarnya tiap bulan. Apakah menjadi semakin kaya? Mungkin ya, mungkin juga tidak, tapi mungkin hilang keberkahnya.

Kata Allah hukuman terberat bagi seseorang hamba adalah saat kita Allah sibukkan dengan perkara-perkara dunia dan Allah jauhkan dari perkara-perkara akhirat.
Naudzubillahiminzalik.

Satu lagi cerita dari orang Indonesia itu.

Pernah suatu hari, bawahannya tidak hadir di kantor padahal hari itu ia sangat dibutuhkan kehadirannya. Kemudian orang Indonesia ini menelpon menanyakan keberadaannya, bawahannya bilang bahwa ia agak kurang sehat, tapi sebenarnya masih kuat untuk berangkat ke kantor. Orang Indonesia ini marah, jika masih kuat lalu mengapa tidak berangkat? Bawahannya menjawab "ibu saya melarang saya berangkat." Orang Indonesia ini semakin marah "Bagaimana bisa, kamu tahu hari ini adalah hari yang penting  bagi perusahaan kita, dan perusahaan ini membutuhkanmu, tolong profesional!" Bawahannya berkata dengan santai "Jika bapak hendak memecatku, silahkan pecat saja sekarang, aku tidak mungkin melawan perkataan manusia yang hanya dari doanyalah Allah mengabulkan semua pintaku."

Orang Indonesia ini kembali mendapat pelajaran.

Kita? Dilarang mamah berangkat kerja karena sakit atau hujan, apa jawabannya? "Mamah mah gak paham sih, diterima di perusahaa ini teh susah payah mah, meunang hese cape, maenya kieu wungkul bolos kerja, bisa-bisa aa dipecat." Sambil tetap pergi.

Ya inilah potret kehidupan kita. Betapa masih jauhnya kita dari konsep berfikir AllahOriented. Orientasi hidup kita belum sepenuhnya untuk Allah dan karena Allah. Padahal setiap hari kita berdoa :

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam” (Q.S al-An’ām : 162)



Faghfirlana. . .
Pengingat diri



#30DWCJilid6
#squad8
#Day13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar