Oke, nah kemarin sudah bahas soal tingkatan puasa. Puasa awam, puasa Khos, dan puasa Khowasul khos.
Sepertinya puasa awam in syaa Allah sudah kita lakukan, sekarang puasa kita in sya Allah sedang menuju ke tingkatan yang lebih tinggi yaitu puasa Khos *cieee #eeeh. Nah gimana tuh biar tingkatan puasa kita bisa naik ke Khos?
Masih dari buku yang kemarin, Tazkiyatun Nafs nya Sa'id Hawwa, katanya kesempurnaan puasa Khos bisa diraih dengan 6 perkara berikut:
Pertama, menundukkan pandangan dan menahannya agar tidak memandang hal-hal yang dicela dan dibenci, yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah.
Contohnya?
Hmmm kira-kira memandang ke arah apa yang membuat hati lalai dari mengingat Allah? Beda-beda kali ya? Hihi. Bisa aja orang ini jadi lalai gara-gara memandang artis korea di drama korea, hehehe, atau orang yang itu mah bisa jadi lalai kalau habis memandang tetangganya #eeeh hihihi, atau bisa aja ada orang yang jadi lalai kalau memandang layar handphone lama-lama *jeng-jeng ada apakah di layar handphone nya? :D
Ya intinya, masing-masing kita memiliki pandangan yang melalaikan pada hal-hal tertentu. Nah puasa kali ini semoga pandangan bisa kita tahan. Aamiin.
Kedua, biar puasanya naik kelas *cieee, kita mesti menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran, dan perdebatan. Mengendalikan lisan dengan diam. Dan menyibukkan lisan dengan dzikir dan tilawatil Al Quran. Itulah puasa lisan.
"Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai; apabila salah seorang di antara kamu berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencarinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim)
Ketiga, menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci, karena setiap hal yang diharamkan perkataannya maka diharamkan pula mendengarkannya.
Misalnya, ghibah alias bergosip itu tidak boleh, maka yang tidak boleh bukan hanya bergosip tapi juga menjadi pendengar gosip. Hehe
Ya begitulah, sebisa mungkin semoga kita bisa mengalihkan pembicaraan kepada hal-hal yang lebih bermanfaat. Berbagi resep masakan misalnya, hihi :)
Keempat, menahan berbagai anggota badan lainnya dari dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci dan menahan perut dari syubhat pada waktu tidak puasa.
Apa itu syubhat ? Syubhat itu kita ragu-ragu dengan kehalalan atau keharamannya. Contohnya apa ya? Hmmm, mungkin bisa makanan-makanan yang tidak berlabel halal MUI, atau bisa juga makanan hasil nemu di jalan dll. Kalau begini lebih baik kita tinggalkan saja. Untuk berjaga-jaga. Karena katanya untuk apa kita berpuasa dari makanan halal ketika siang tetapi malah berbuka dengan makanan haram pada malamnya. Khawatir nantinya terjerumus pada apa yang dikatakan Rasulullah "betapa banyak yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga." (HR Nasa'i dan Ibnu Majah). Ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari berbagai dosa.
Kelima, syarat selanjutnya biar kualitas puasa kita naik adalah tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya.
Uuuuuppppssss :D
Aduh, cung yang suka kekenyangan pas buka? *ehem
Katanya, tidak ada wadah yang paling dibenci Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal. Bagaimana puasanya bisa bermanfaat untuk menundukkan musuh Allah dan mengalahkan syahwat jika orang yang berpuasa itu pada saat berbuka melahap bermacam makanan untuk mengganti berbagai makanan yang tidak boleh dimakannya di siang hari?
Aduh, kesindir euy :/
Kata buku ini, tujuan puasa itu untuk mengosongkan dan menundukkan hawa nafsu demi memperkuat jiwa mencapai takwa.
Lah kalau dari siang perut dikosongkan dan syahwat ditahan hanya agar syahwat dan seleranya menjadi kuat untuk menyantap berbagai makanan lezat hingga kenyang maka justru syahwat yang harusnya teredam malah akan menjadi-jadi. Esensi dan rahasia puasa ialah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana setan untuk kembali kepada keburukan. Tetapi hal itu hanya akan tercapai dengan pengurangan makanan, yakni memakan makanannya yang biasa dimakan setiap malam waktu tidak puasa (jadi gak dobel-dobel mentang-mentang siang puasa pas malem makannya jadi dua kali lipat hehe).
Bahkan diantara adabnya ialah tidak memperbanyak tidur siang agar merasakan lapar dan dahaga dan merasakan lemahnya kekuatan sehingga hati menjadi lebih jernih dan lembut. Aaahh ternyata kita mah baru tidak makan seharian saja badan sudah lemas dan perut kelaparan, betapa lemah dan tidak berdayanya kita tanpa kekuatan dari Allah. Jadi pas siang-siang sambil nahan lapar tu kita betul-betul menyadari kita itu lemah selama ini kita kuat karena Allah yang menguatkan.
Nah inti poin lima ini adalah menyedikitkan makan.
Yang terakhir, yang keenam, duh ini mah kesindir banget. Hendaknya saat berbuka hati kita terguncang antara cemas dan harap, sebab kita tidak tahu apakah puasa kita diterima atau ditolak. Hiksss.
Ini sama seperti istighfar begitu selesai shalat. Kenapa istighfar? Karena kita ingat apakah betul apakah benar shalat kita tadi. Begitupun saat berbuka.
Duh yang ada begitu azan kita seringnya langsung sibuk nyendokin kolek minum sirup dan makan gorengan. Lupa memaknai dan menyadari apakah puasa kita diterima atau tidak. Padahal salah satu waktu diijabahnya doa adalah saat-saat berbuka puasa.
Astagfirullahaladziim.
Masih ada kurang lebih 21 hari lagi untuk memperbaiki kualitas puasa kita, mudah-mudahan kita Allah beri kekuatan dan semangat yang tinggi untuk terus berproses menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semoga, dan kita selalu berdoa meminta pada Allah agar ramadhan kali ini adalah ramadhan yang jauuuhhh lebih baik dari ramadhan-ramadhan kita sebelumnya. Aamiin aamiin aamiin ya Rabbal alamin.
Ditulis sebagai pengingat bagi diri sendiri yang sering lupa dan lalai.
Sepenuh cinta dari saya :*
Hahayyy lebay
#30DWCJilid6
#Squad8
#Day18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar